Sonora.ID – Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut, gempa dengan magnitudo 7,1 yang mengguncang Jailolo, Maluku Utara, akibat dari adanya sesar dalam lempeng laut Maluku.
"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalamam hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal. Ini akibat adanya deformasi atau penyesaran dalam lempeng laut Maluku," kata Rahmat Triyono selaku Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG seperti yang dikutip dari Kompas.com.
Rahmat menjelaskan lebih lanjut, berdasarkan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Baca Juga: Gempa Berskala 6,8 Guncang Filipina, Getaran Terasa Hingga Sulut
Episenter gempa bumi dirasakan di daerah Bitung dan Manado IV-V MMI yang berarti getaran dirasakan hampir semua penduduk dan banyak orang terbangun. Lalu Gorontalo dan Ternate III-IV MMI pada siang hari dan dirasakan oleh banyak orang, dan di Buol II MMI getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda ringan yang digantung bergoyang.
Hasil pemodelan tersebut menunjukkan bahwa gempa bumi ini berpotensi tsunami dengan status ancaman "waspada" untuk daerah Minahasa Utara bagian Selatan (Sulawesi Utara).
BMKG mencatat ada 81 kali gempa susulan yang terjadi di wilayah antara Maluku Utara dan Sulawesi Utara. Data tersebut merupakan data yang dicatat hingga pukul 09.00.
Baca Juga: Setelah Gempa, Gunung Anak Krakatau Erupsi Memasuki Status Waspada
"Sampai hari ini pukul 09.00 WIB telah tercatat 81 kali gempa susulan dan diantaranya ada 7 kali yang berdampak dirasakan," ujar Rahmat (15/11/2019)
Terdapat 13 kali gempa susulan yang memiliki magnitudo di atas 5. Dan 7 kali gempa yang dirasakan masih di sekitar lokasi gempa utama yang kemarin malam terjadi.
"Di antara 81 kali itu ada 13 kali magnitudo di atas 5, sementara lainnya di bawah 5. Gempa 7 kali yang dirasakan itu juga sumber gempanya masih di sekitar gempa utama yang tadi malam terjadi," kata Rahmat.