Sonora.ID - Masyarakat Indonesia sedang menjalankan karantina atau gerakan di rumah saja, yang sudah berjalan sejak awal Maret 2020 yang lalu.
Sudah lebih dari dua bulan penuh, masyarakat diminta untuk berdiam diri di rumah, melakukan aktivitas di dalam rumah, dan meminimalisir kegiatan di luar rumah.
Awalnya, masyarakat menyambut baik imbauan atau kebijakan yang diberikan oleh pemerintah ini, karena masing-masing keluarga memiliki waktu banyak untuk berkumpul bersama.
Namun, setelah lebih dari dua bulan kebijakan ini dijalankan, banyak orang yang kemudian sudah tidak merasa nyaman di rumah saja karena aktivitasnya cenderung terbatas.
Baca Juga: Terlalu Lama Berdiam di Rumah Sebabkan Cabin Fever, Berikut Tips Siasatinya
Psikolog Novita Tandry pun menyebutkan bahwa kondisi karantina yang sudah berjalan cukup lama ini bisa menyebabkan Cabin Fever yang berujung pada Psikosomatik.
“Cabin Fever adalah perasaan sedih yang muncul akibat terlalu lama terisolasi di dalam rumah atau tempat tertentu, yang kemudian merasakan terputus dari dunia luar,” jelasnya dalam video conference pagi tadi bersama dengan tim Sonora.
Novita juga menjelaskan bahwa dalam dunia psikologi, mengkarantina orang lain memang bisa menyebabkan depresi, itu sebabnya ada hukuman penjara bagi mereka yang melakukan tindak pidana.
Kondisi Cabin fever ini kemudian bisa sangat rentan diderita oleh orang yang menganggap rumahnya sebagai rumah tahanan.
Baca Juga: Seto Mulyadi Bagikan Trik Atasi Kebosanan Pada Anak Saat #DirumahAja