Bali, Sonora.ID - Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,4 baru saja terjadi di wilayah Buleleng, Bali pada Rabu (27/5/2020) pukul 11.52 WITA.
Episenter terletak pada koordinat 8,23 LS dan 114,95 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 20 km barat daya Buleleng, Bali pada kedalaman 10 km.
Selang beberapa waktu, air laut juga mengalami kenaikan gelombang air khususnya di daerah Kusambe. Bahkan kenaikan air laut tersebut sempat mencapai jalan.
Kepala Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar, Ikhsan mengatakan kenaikan air laut tidak ada kaitannya dengan gempa yang terjadi di Buleleng.
"Itu (kenaikan air laut) tidak ada kaitannya dengan gempa di Buleleng yang tadi siang terjadi," kata Ikhsan dalam wawancara bersama Sonora Bali, Rabu (28/5/2020).
Baca Juga: Trending 14 Tahun Gempa Jogja, Warganet: Mengenang Bukan Meratapi
Kenaikan air laut, lanjut Ikhsan, disebabkan oleh beberapa faktor seperti aktivitas air laut dan curah hujan yang tinggi.
"Itu bukan disebabkan oleh adanya aktivitas gempa bumi yang terjadi di Buleleng, tapi lebih disebabkan oleh adanya aktivitas laut dan curah hujan yang tinggi," jelas Ikhsan.
Sementara itu, pihak Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan kepada masyarakat akan adanya banjir rob.
"BMKG sudah mengeluarkan peringatan dini terjadinya banjir rob di daerah pesisir Barat Lampung, Pesisir Selatan Pulau Jawa, Pesisir Selatan Pulau Bali, dan Pesisir Selatan Pulau Nusa Tenggara Barat (NTB)," himbaunya.
Ia menegaskan, kenaikan air laut tidak ada kaitannya dengan gempa bumi yang sebelumnya terjadi di Buleleng. Ia menyebutkan air pasang tersebut juga bukan merupakan tanda-tanda Tsunami.
"Secara teoritis dan keilmuwan belum bisa digolongkan sebagai gempa bumi yang dapat menimbulkan Tsunami," pungkasnya.