Bandung, Sonora.ID - Banyak perusahaan yang terpaksa gulung tikar akibat pandemi Covid-19, namun banyak pula perusahaan yang mampu bertahan karena telah mengubah strategi dagangnya, menyesuaikan dengan kondisi 'New Normal'.
Hal ini terungkap dalam Webinar yang digelar oleh Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu (13/6/2020), dengan tema “Returning the Business in the New Normal Situation” dengan para narasumber dari perusahaan-perusahaan yang mampu bertahan dalam pandemi.
Salah satu narasumber yaitu CEO Blue Bird, Noni purnomo mengakui bisnisnya terganggu selama pandemi.
Namun ia bisa bertahan dengan tetap mempertahankan 40.000 pegawai. Ia tetap memberikan tunjangan hari raya (THR) hingga beasiswa kepada anak para pegawai.
"Blue Bird memiliki neraca yang sangat kuat dan konservatif dalam pengelolaan cashflow sehingga masih bertahan sampai sekarang. Selain itu, Blue Bird masih bertahan karena hubungan baik dengan berbagai pihak dan kerja sama yang sudah terjalin," papar Noni.
Baca Juga: Pertamina Ciptakan Program Kemitraan untuk Pelaku UMKM, Ini Manfaat yang Bisa Didapatkan
Untuk mempersiapkan bisnis yang akan datang, Blue Bird menyiapkan berbagai strategi.
Selain menerapkan protokol kesehatan, Blue Bird juga mulai mengoptimalkan the new digital business, seperti memaksimalkan pembayaran EDC, kode QR, e-voucher, hingga pengiriman barang dengan meminimalkan interaksi dengan konsumen.
Sementara itu, CEO Airasia Indonesia Veranita Yosephine mengatakan, dampak pandemi ini sangat besar terhadap bisnis penerbangan.
Berbeda degan krisis sebelumnya di tahun 2008 yang tidak begitu memengaruhi pasar domestik.
“April 2020 kami memutuskan untuk hibernasi. Saya sempat bertanya-tanya, keputusan saya apakah benar, karena airlines lain masih terbang,” ungkap Vera.
Namun, keputusannya sudah benar. Saat ini pihaknya mempersiapkan berbagai strategi dalam menghadapi new normal. Termasuk menggenjot bisnis baru berupa passenger charter, cargo charter and special logistic movement.
Menurut Vera, bisnis tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama. Namun tidak menjadi prioritas karena sebelumnya Airasia fokus pada penerbangan regular.
Baca Juga: Digitalisasi Jadi Fokus Utama Pemerintah untuk Selamatkan UMKM