Manado, Sonora.ID - Masa pandemi Covid-19, sangat berdampak dalam proses bejar mengajar sekokah di Indonesia. Salah satunya di kabupaten Minahasa Tenggara.
Di tahun ajaran baru ini, pemerintah daerah terpaksa memberlakukan dua cara pembelajaran, yakni daring dan luring.
Belajar daring, berlaku bagi siswa yang memiliki gawai dengan fasilitas android atau ios. Sedangkan siswa yang tidak memiliki gawai dan berada di wilayah jaringan sulit terjangkau diikutkan dalam cara belajar luring.
Sejak 3 Agustus 2020 pemerintah daerah, menamakan cara belajar luring ini sebagai sekolah bangsawan.
Baca Juga: Akibat Tujuh ABK KM Sinabung Positif Covid-19 Ratusan Penumpang Ikuti Rapid Tes Mendadak
Cara luring atau sekolah bangsawan sebutannya, lebih efektif daripada daring, karena sebagian besar wilayah pemukiman Minahasa Tenggara masih sulit terjangkau jaringan internet. Kendala lainnya masih banyak siswa yang belum memiliki telepon genggam.
“Disebut sebagai sekolah bangsawan, karena semua guru di daerah Minahasa Tenggara pro aktif melakukan kunjungan ke rumah siswa untuk belajar kelompok, maksimal lima siswa setiap kelompok. Proses belajar ini seperti kaum bangsawan di zaman kerajaan dahulu. Dilakukan karena tidak semua siswa bisa membeli telepon seluler pintar berbasis android, bahkan sulit menjangkau signal jaringan. Karena itu solusinya adalah cara belajar luring,“ kata James Sumendap Bupati Minahasa Tenggara, di Kantor Bupati Minahasa Tenggara, di Wawali Pasan, Ratahan, Kamis (6/8/2020).
Pemerintah daerah juga berencana dalam waktu dekat akan memberlakukan seluruh cara pembelajaran di tingkat SD maupun SMP dengan cara sekolah bangsawan.
Baca Juga: Sungai Meluap, Belasan Rumah di Bolsel Hanyut Terbawa Banjir