Surabaya, Sonora.ID - Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jawa Timur, Sukaryo Teguh Santoso mengatakan bahwa selama pandemi Covid-19 ini, angka drop-out (DO) Keluarga Berencana (KB) naik hampir 9 persen.
Hal ini disampaikan ditengah acara Press Conference "Launching Press Room" di Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Jl. Airlangga No. 31-33 Surabaya, Rabu (26/08/2020).
Namun demikian, ia mengatakan bahwa tren kenaikan angka DO peserta KB aktif atau akseptor yang menghentikan kontrasepsi ini masih dibawah toleransi. Tercatat saat Februari 2020 prosentase DO pada posisi 1,13 persen kemudian naik hampir 9 persen.
"Selama pendemi ini drop out itu naik. Angka DO KB naik meskipun masih dibawah toleransi. Tapi trennyakan naik dari 1,13 persen pada Pebruari. Sekarang sudah mendekati angka 9 persen," kata Teguh.
Baca Juga: Kampung Baiman Jadi Keberhasilan Pembangunan di Tengah Pandemi
Tren kenaikan angka DO juga berdampak pada kenaikan angka kehamilan atau total fertility rate (TFR).
Angka kehamilan yang terdampak tentunya berpengaruh pada kondisi bayi yang akan atau dilahirkan.
"Nah DO naik ini diikuti dengan angka kehamilan. Prevalensi kehamilan juga mengalami kenaikan. Masalahnya adalah bukan berarti nggak boleh hamil, wong hamil itu hak asasi. Meskipun punya anak itu bukan, nggak wajib bagi setiap keluarga, yang wajib adalah memelihara anak dengan baik dan tidak menjadi beban orang lain. Kehamilan yang dikhawatirkan adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Karena nanti kaitnnya dengan SDM. Kalau bayi-bayi yang dilahirkan atau akan lahir ini tidak terpenuhi gizi, pola asuh, kedekatan orang tuanya, bisa lahir stunting. Sekarang ini persoalan stunting menjadi 'momok' ditengah kita ingin membangun SDM dan keluarga," imbuhnya.
Baca Juga: Sudah Pakai KB Tapi Kok Masih Bisa Hamil? Dr. Boyke: Ada Faktor Kegagalan