Sonora.ID - Di tengah krisis multidimensi yakni krisis kesehatan yang disebabkan oleh penyebaran coronavirus disease (covid-19), kemudian dampaknya terhadap ekonomi yang menyebabkan krisis berujung resesi, dan krisis lingkungan salah satunya krisis iklim yang begitu mengkhawatirkan, membuat peran milenial sebagai kelompok masyarakat yang dianggap sang pembawa perubahan menjadi keniscayaan.
Pasalnya, banyak yang percaya bahwa kaum milenial adalah sekumpulan anak muda yang kaya akan gagasan, berpikir out of the box, dan identik dengan inovasi pembawa perubahan. Oleh karena itu, lompatan untuk melawan krisis multidimensi ini tidak akan berjalan lancar tanpa peran sentral dari milenial.
Baca Juga: Lewat AMCF 2020, BI Dorong UMKM di Sulsel Pasarkan Produk Secara Digital
Bukan kaleng-kaleng, anggapan bahwa milenial memiliki kemampuan untuk membawa perubahan telah diakui dunia, karena pada kenyataannya milenial benar-benar telah membawa disrupsi besar pada peradaban dunia saat ini. Disrupsi yang paling signifikan dari kontribusi milenial terhadap perekonomian dunia, tidak lain adalah pemanfaatan teknologi khususnya teknologi finansial atau financial technology (Fintech).
Terkait dengan hal itu, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) bersama Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) merilis riset tentang kontribusi fintech peer to peer lending terhadap ekonomi Indonesia. Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa fintech peer to peer lending alias pinjaman online telah berkontribusi sebesar Rp 60 triliun pada Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Baca Juga: Gagas Rumah Perezekian, Ananda-Mushaffa Dorong UMKM Banjarmasin