Palembang, Sonora.ID - Belakangan ini informasi terkait keampuhan donor plasma konvalesen yang disebut dapat mengobati pasien terpapar virus corona ternyata tidak sepenuhnya benar.
Donor plasma konvalesen yang dianggap menjadi terapi utama penyembuhan COVID-19, ternyata memiliki tingkat kesembuhan pasca pasien menerima donor plasma yang hanya 60 persen.
Zulkhair Ali selaku Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Palembang mengungkapkan hingga saat ini plasma konvalesen masih dalam penelitian, sehingga terapi plasma tersebut masih bersifat alternatif.
“Jadi jangan sampai masyarakat terlalu bergantung dengan metode donor plasma konvalesen ini. Karena masih berupa terapi tambahan, jadi belum bisa dijadikan terapi definitif (tetap),” ujarnya.
Baca Juga: Naikkan Angka Kesembuhan Pasien Covid, Pertamina Group Serentak Donor Plasma Konvalesen di 8 Kota
Zulkhair menerangkan, terapi plasma konvalesen sebaiknya diberikan kepada pasien COVID-19 dengan kondisi terpapar sedang hingga berat. Karena jika pasien sudah dalam keadaan COVID-19 yang sangat berat pun, penyembuhan tidak efektif dan mungkin tidak berhasil.
“Manfaat donor plasma ini sebenarnya belum signifikan tapi sudah dianggap oleh sebagian masyarakat. Padahal metode plasma konvalesen tidak dilakukan jika pasiennya sendiri meminta, sehingga metode ini harus berdasarkan rekomendasi dokter,” ujarnya.
Zulkhair menambahkan, rekomendasi dokter dianggap penting dikarenakan untuk mendapatkan plasma butuh biaya cukup mahal selain setelah donor dilakukan masih dapat menimbulkan efek samping.
“Ada beberapa efek samping plasma diantaranya ada reaksi ada juga alergi. Karena komponen darah ada yang beberapa terkandung antibiotik sebagai anti virus alami,” tutupnya.
Baca Juga: Pemkot Semarang Sosialisasikan Donor Plasma Konvalesen ke Masyarakat