Find Us On Social Media :
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan paparan soal strategi pembangunan perpustakaan di Propinsi Jateng dalam Rakornas Perpustakaan Nasional secara daring, Senin, (22/3/2021) (Dok Perpusnas)

Perpusnas : Strategi Pembangunan Perpus di Jawa Tengah Perlu Dicontoh

Jumar Sudiyana - Senin, 22 Maret 2021 | 15:33 WIB

Jakarta, Sonora.Id - Budaya baca orang Indonesia dalam ukuran internasional, dikatakan masih relatif rendah. Namun Kepala Perpustakaan Nasional, Muhammad Syarif Bando sudah berkali-kalin membantah temuan itu.

Menurut Banfo, orang Indonesia tak malas membaca. Hanya, ketersediaan buku yang masih kurang. Juga ditambah dengan keterlibatan para kepala daerah yang belum menjadikan literasi sebagai prioritas utama dalam belanja daerah.

Hal ini disampaikan Muhamad Syarif Bando dalam Rapat Koordinasi Nasional Bidang Perpustakaan tahun 2021, pada hari ke-1, Senin, (22/3), yang digelar hybrid.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, dalam pemaparan materinya pada hari pertama Rakornas Perpusnas ini menekankan bahwa pemerintah daerah terus mendorong lahirnya kesadaran membaca dan budaya literasi, melalui Undang-undang No.43 Tahun 2007 pasal 8, yang sudah mengatur mengenai kewajiban Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

Kewajiban itu diantaranya menjamin penyelenggaraan dan pengembangan perpustakaan di daerah, menjamin ketersediaan layanan perpustakaan secara merata, menjamin kelangsungan penyelenggaraan dan pengelolaan perpustakaan, memfasilitasi penyelenggaraan perpustakaan di daerah dan mengembangkan perpustakaan umum daerah berdasar kekhasan daerah sebagai pusat penelitian dan rujukan tentang kekayaan budaya daerah.

“Maka, Provinsi Jawa Tengah menaruh beberapa prioritas yakni pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar, pemerataan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial, pemerataan layanan pendidikan berkualitas, penguatan literasi untuk kesejahteraan, Jateng literasi informasi terapan dan inklusif, juga pendampingan masyarakat untuk literasi informasi,” kata Ganjar.

Ganjar menjelaskan, Jawa Tengah juga giat dalam gerakan revolusi mental, untuk membangun jiwa merdeka menuju bangsa Indonesia yang besar, sesuai Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 tahun 2016, tentang gerakan nasional revolusi mental. Didalamnya terdapat beberapa pikiran pokok untuk membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap dan perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern.

Ia melihat bahwa perpustakaan hari ini memang sudah wajib tampil secara modern, karena kemajuan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi dengan pengembangan perpustakaan merupakan tuntutan masyarakat sekaligus kebutuhan zaman.

Menurutnya, secara umum, potret perpustakaan digital terkini ada pada titik belum adanya konsep rancang bangunan perpustakaan digital. Termasuk tingkat kemudahan dalam konsep aksesbilitas, juga manajemen dan kebijakan perpustakaan digital.

“Mau tidak mau, kita pindah. Kita bergeser. Rasanya anak-anak sekarang lebih mudah dan lebih cepat, apalagi kita sedang pandemi. Mereka bisa belajar, main game dan belajar apapun dengan cepat. Anak-anak sekarang bisa menerobos kemana saja. Tugas kita adalah infrastruktur dan rancang bagunan harus kita siapkan,” tegasnya.

Jawa Tengah menjalankan strategi pembangunan perpustakaan melalui beberapa gerakan, antara lain dukungan kebijakan, mulai dari anggaran hingga tim sinergi. Selanjutnya, Ganjar membuat i-Jateng, juga optimalisasi media sosial sebagai media kampanye.