DIY, Sonora.ID - Badan Pimpinan Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Deddy Pranowo Eryono mengungkapkan, satu tahun berjuang Industri pariwisata DIY masih menghadapi tekanan cashflow akibat pandemi.
“Tingkat hunian yang sekarang naik itu hanya menipiskan kerugian kita, biaya untuk bisa memberikan gaji karyawan dan lain-lain,” kata Deddy dalam keterangannya.
Lebih lanjut Deddy mengatakan, masih dibatasinya pergerakan masyarakat membuat peningkatan okupansi yang terjadi di 2021 belum bisa menutupi kerugian yang ditanggung pelaku usaha. Apalagi kata Deddy, pangsa pasar DIY terbanyak dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
Baca Juga: Pengembangan Sumbu Filosofi Yogyakarta untuk Mendorong Quality Tourism DIY
Ia pun meminta pemerintah untuk mengadakan kegiatan-kegiatan di DIY agar menambah pemasukan seperti melakukan kunjungan kerja.
“Kami siap melayani dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, karena kami tidak mau hotel dan restoran anggota PHRI DIY ada klaster baru covid-19,” tutur Deddy.
Menanggapi rencana pemerintah akan melalukan “work form Bali”, Deddy menyebut sudah selayaknya DIY juga diperlakukan seperti Bali karena dampak penurunan wisatawan juga dirasakan oleh PHRI Yogyakarta.
“Karena dampak ini sangat luar biasa bukan hanya Bali yang berdampak tapi kami juga, beberapa program staycation yang sudah kami lakukan ternyata tidak bisa berdampak signifikan,” tuturnya.
Untuk itu Deddy berharap, pemerintah dapat memberikan solusi bijak agar industri pariwisata DIY dapat bertahan.