Find Us On Social Media :
Tari Saman dari Aceh (Tribunnews.Com)

Makna Dan Pesan Yang Terkandung Di Dalam Tari Saman

Jumar Sudiyana - Rabu, 7 Juli 2021 | 08:42 WIB

Aceh, Sonora.Id - Siapa yang tak kenal dengan Tari Saman. Jika kita mendengar kata Aceh maka akan langsung membayangkan salah satu tarian tradisional ini yang dengan kekhasan gerakan dan iramanya berhasil memukau dan menarik decak kagum bagi mata yang memandang.

Tari saman atau yang dikenal juga dengan “tari tangan seribu” merupakan salah satu kesenian tradisional Gayo, tepatnya berasal dari Kabupaten Gayo Lues. Seiring berjalannya waktu, tarian ini meluas ke berbagai daerah di Aceh, seluruh Indonesia, bahkan mancanegara dan menjadi warisan budaya yang diakui oleh Unesco pada 24 November 2011.

Keberadaan Saman sebagai salah satu tarian tradisional fenomenal ini memiliki fakta yang menarik untuk diketahui yang mungkin belum banyak diketahui oleh orang di luar Aceh. Dalam bentuknya, Saman memiliki beragam jenis, seperti saman jejunten, saman ngerje, saman enjik, saman bepukes, saman festival, dan bejamu saman. Bahkan saking populernya, saman sampai di pertandingkan.

Saman jejunten merupakan sarana hiburan sehari-hari dan ajang latihan bagi pemula. Selain itu, saman yang dipertunjukan ketika ada pesta pernikahan disebut saman ngerje. Saman enjik dilakukan dalam mengisi waktu luang ketika ada kegiatan tertentu seperti menggirik padi. Bahkan saman menjadi sebuah label dari pesta rakyat yang disebut bejamu saman. Begitu lah, saman tak lepas dari kehidupan sehari-hari masyarakatnya.

Tari Saman telah diwarisi secara turun temurun dari nenek moyang, yang tentunya memiliki kaidah-kaidah (sumpen) yang mendasar dan menyatu dalam tarian. Hal inilah yang membuat Tari Saman spesial dan menjadi bagian dari jati diri masyarakat, khususnya masyarakat Aceh. Dengan memahami sumpen, keberadaannya akan terus lestari bahkan di tengah pesatnya perkembangan zaman saat ini.

Kaidah yang pertama adalah penari saman adalah laki-laki, dan tidak dibenarkan sama sekali penarinya perempuan. Jumlah pemainnya harus ganjil dengan maksud agar adanya keseimbangan penari yang berada di sayap kiri dan kanan. Posisi tarian duduk berlutut dan berjajar dalam satu barisan dengan saling bertemu bahu.

Kostum yang digunakan menutup aurat, dilengkapi dengan baju kantong, celana panjang motif kerawang, kain sarung sebatas lutut yang dibordir, dan dilengkapi dengan aksesoris lainnya untuk memperindah penampilan. Kostum ini dikenakan secara seragam dalam satu grup. Pun jika ada sedikit perbedaan, hanyalah variasi saja, tidak membedakan peran dan status dalam posisinya sebagai penari.

Kemudian penari saman berperan sekaligus mengendalikan saman dengan memadukan unsur seni tari dan suara, artinya gerak dan nyanyian tidak dapat dipisahkan. Saman tidak menggunakan alat musik, namun dihasilkan dari bertepuk tangan (tepok), memukul dada dan paha, serta dari suara hasil gesekan ibu jari dan jari tengah (krecek).

Nyanyian terdiri atas rengum (suara bergumam), dering (nyanyian penghayatan), redet (nyanyian seseorang), saur (nyanyian bersama mengikuti yang dinyanyikan redet), dan dilengkapi dengan sek (nyanyian dengan nada melengking). Dalam melakukan tari saman, tidak ada jeda/ berhenti walaupun sesaat. Isi dari nyanyian adalah hal-hal yang positif. Diawali dengan penghayatan nilai-nilai agama, penghambaan kepada Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW. S, dilanjutkan dengan pesan-pesan untuk kemajuan. Dan kaidah terakhir adalah tujuan dari Saman adalah menjalin tali silaturrahim dan persaudaraan (berisenen).

Kaidah ini senada dengan fungsi Tari Saman sendiri sebagai media dakwah dan informasi. Hal ini bisa dicermati mulai dari dering “mmm oi lesa, oi lesa, lesalam alaikum, sigenyan nyan e lallah, mmm oi lesa”. Pengucapan salam ini kembali pada pemberian salam berdasarkan agama Islam. Juga, dapat dicermati dalam dering lainnya “nyan e lalah” yang berarti diucapkan dan dihayati illallah. Illallah dari la illahaillallah, tiada Tuhan kecuali Allah.

Dalam nyanyian Saman terdapat juga pesan-pesan pembangunan, mengingat kesenian ini adalah milik mereka, maka pesan-pesan yang dititipkan di dalamnya akan lebih mudah mereka pahami untuk selanjutnya dilaksanakan. Biasanya, tarian ini ditampilkan untuk dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW. dengan mempergunakan bahasa Arab dan Gayo.