Find Us On Social Media :
Impor Bisa Berkurang 40 Persen Kalau Indonesia Punya Industri Soda Abu ()

Impor Bisa Berkurang 40 Persen Kalau Indonesia Punya Industri Soda Abu

Indra Gunawan - Rabu, 14 Juli 2021 | 12:30 WIB

Bandung, Sonora.ID - Soda Ash, atau umumnya dikenal sebagai soda abu, merupakan salah satu komponen dasar kimia yang sangat dibutuhkan dalam beberapa industri, mulai dari digunakannya sebagai bahan deterjen dan turunannya, hingga lembar kaca dan juga turunannya.

Namun menurut Presiden Direktur PT Kaltim Parna Industri, Hari Supriyadi, hingga kini Indonesia belum memiliki industri (manufacturing plant) soda ash sendiri, dan harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 
 
“Padahal bahan baku cukup melimpah di tanah air. Kebutuhan akan soda ash ini pun cukup besar, hingga 1,2 juta ton pertahun, dan akan terus meningkat,” ujar Hari Supriyadi dalam siaran persnya kepada Sonora Bandung, Selasa (13/7/2021).
 
Baca Juga: Tidak Senang Impor Beras, Jokowi Blak-blakan Ungkap Alasan Masih Impor Beras
 
Hari mengatakan, Kebutuhan soda api ini akan meningkat lagi bila ditambah karena diperlukan juga untuk baterai mobil listrik sebagai bahan bakunya.
 
"Potensi bahan baku di Indonesia ada. Rencananya, akan dibangun dengan kapasitas 300 ribu. Ini, bisa mengurangi impor soda api antara 30 hingga 40 persen. Kami ingin wake up call dan menyadarkan kalau Indonesia mampu swasambada soda abu," paparnya.
 
Menurut Hari, untuk membangun kesadaran dan kepedulian masyarakat akan perlunya pembangunan industri soda ash di dalam negeri.
 
Terkait ini, pihaknya bekerja sama dengan Panitia 80 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik Kimia di Indonesia dan menggelar Kompetisi Esai Nasional bertajuk Industri Soda Ash di Indonesia 
 
Baca Juga: Impor Naik Hingga 410 Persen, Neraca Perdagangan Sulsel Masih Surplus
 
“Selain sebagai wadah sosialisasi akan industri soda ash dan manfaatnya, event ini diharapkan dapat menjadi pendorong pembangunan industri di dalam negeri, yang akhirnya membantu meningkatkan ketahanan industri kimia nasional,” kata Hari.