Jakarta, Sonora.Id -Arah pembangunan nasional dalam rencana jangka pendek dan menengah (RPJMN) 2020-2024, diantaranya adalah peningkatan kualitas literasi dan sumber daya manusia.
Hal tersebut ditandai Perpustakaan Nasional bersama Kementerian Agama dengan melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman dan peluncuran portal web kepustakaan-keagamaan sebagai upaya untuk mencapai tujuan RPJMN.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan penandatanganan Nota Kesepahaman ini adalah bentuk kerja sama dan kesempatan luar biasa. Banyak manfaat besar yang bisa dirasakan terutama bagi Kementerian Agama.
"Saya akan kawal langsung, shodaqoh portal kepustakaan keagamaan yang sudah dibuatkan Perpustakaan Nasional. Jadi, saya berharap portal tersebut harus produktif secara konten," ujar Yaqut pascapenandatanganan dan peluncuran portal web di Jakarta, Kamis, (23/9/21).
Baca Juga: Perpusnas: Membangun Sejarah dan Memupuk Nasionalisme Dengan Membaca
Peluncuran portal web tematik ini menjadi bagian dari pelayanan referensi berbasis digital bagi masyarakat. Portal https://kepustakaan-keagamaan.perpusnas.go.id memuat beragam informasi dari enam agama yang diakui di Indonesia, seperti koleksi buku, foto, dan video berbasis digital, daftar literatur, serta tautan untuk mengakses layanan yang dimiliki Perpustakaan Nasional.
Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menyampaikan bahwa tidak satu pun manusia yang hidup di NKRI tanpa terikat dengan agama manapun. Oleh karena itu, Perpusnas meminta seluruh konten website dapat diisi para pemeluknya. Tentu saja konten yang diisi bebas mengandung SARA dan kebencian terhadap kelompok/golongan tertentu.
“Dengan beragam konten di dalamnya, Perpustakaan Nasional berharap portal web ini mampu menjadi rujukan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi yang terpercaya dan valid,” imbuh Kepala Perpusnas.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam Kemenag Muh. Ali Ramdhani mengaku senang dengan kolaborasi yang dilakukan kedua belah pihak yang dibingkai dalam Nota Kesepahaman. Ali Ramdhani menjelaskan bahwa esensi dari pembangunan manusia unggul bukan terletak pada paras cantik atau rupawan melainkan pada kemuliaan akal.
“Manusia seutuhnya adalah manusia yang cerdas akal yang dibingkai dengan akhlak yang baik,” pungkas Ali Ramdhani.