JAKARTA, SONORA.ID - Dasar dalam pembangunan ekonomi kreatif adalah penguatan literasi. Oleh karena itu, literasi jangan dimaknai sempit sebagai gerakan baca-tulis atau gerakan mengunjungi perpustakaan. Literasi harus dipahami sebagai kemampuan menciptakan berbagai kreativitas penciptaan produk barang/jasa yang tumbuh dari kebiasaan membaca.
Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional Adin Bondar mengatakan, dengan kualitas literasi yang baik, masyarakat diyakini sanggup mengubah apa yang semula dianggap tidak bernilai ekonomis menjadi ekonomi.
“Literasi akan mendorong siapapun untuk berpikir kreatif, meningkatkan kemampuan life skill sebagai solusi dari persoalan kesejahteraan yang dialami,” kata Bondar pada Webinar Duta Baca Indonesia bertemakan “Literasi Kolaborasi, pada Jum’at, (01/10/21).
Ketua IKAPI Provinsi Banten yang juga Inisiator Forum Ekonomi Kreatif (Fekraf) Banten Andi Suhud sependapat jika pemahaman literasi tidak berpatok pada kemampuan baca-tulis melainkan juga kemampuan problem solving, meski di tengah kondisi pandemi. Di samping, proses kreatifitas yang harus tetap ditumbuhkan agar mampu bertahan.
“Keberhasilan ekonomi kreatif sangat erat berhubungan dengan pengetahuan yang dimiliki tiap individu. Karena itu betapa penting mengenali potensi diri sendiri. Apalagi di tengah kondisi pandemi, sektor UMKM dipandang sebagai solusi untuk membangkitkan ekonomi rakyat,” ujar Andi.
Konsep Literasi Kolaborasi yang diusung Duta Baca Indonesia Heri Hendrayana Harris atau yang akrab disapa Gol A Gong adalah awalan dalam menebarkan virus literasi kepada masyarakat dengan mengajak para pegiat literasi dari berbagai daerah berkontribusi lewat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.