Yogyakarta, Sonora.ID - Menyambut gelaran seni rupa dua tahunan ini, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengapresiasi pelaksanaannya yang konsisten dengan mengangkat tema secara serial selama 10 tahun dalam Seri Khatulistiwa.
Menurutnya, tema Equator menjadi platform gagasan sekaligus landmark geografis, geologis, ekologis, etnografis, historis, dan politis yang memiliki kesamaan identitas negara bekas jajahan.
“Kawasan ini menjanjikan banyak aspek menarik untuk dieksplorasi karena keragamannya mencerminkan kekayaan budaya masyarakat,” kata orang nomor satu di Yogyakarta tersebut dalam sambutannya melalui video pada acara Opening Ceremony Biennale XVI Equator #6 2021 di Jogja National Museum (JNM) pada Rabu (06/10) malam.
Baca Juga: Resep Membuat Bakmi Jawa Godog Khas Jogja yang Enak dan Mantap
Biennale Jogja, menurut HB X, menegaskan kembali predikat kota Yogyakarta sebagai kota budaya, kota pendidikan, dan kota pariwisata.
Demikian juga sebagai media entertain sehat tanpa menghilangkan nilai dan akar budayanya.
Konsep Biennale Jogja yang selalu melibatkan negara-negara lain juga mendapatkan apresiasi dari Dirjen Kebudayaan Dr. Hilmar Farid.
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa gagasan-gagasan seni bangsa kita menjelajah dan memengaruhi bangsa lain.
“Ada upaya besar untuk membawa situasi kita hari ini dalam pemikiran dan pameran. Di masa pandemi, penyelenggaran pameran ini menegaskan bahwa keterbukaan dan kesahajaan bukan sekadar laku, tetapi juga kebutuhan untuk bertahan hidup. Semoga bisa menginspirasi seni rupa kita ke depan,” ujarnya.
Baca Juga: Seniman Macapat Turut Semarakkan HUT Kota Yogyakarta ke-265