Sonora.ID - Menjadi pemimpin daerah dengan penduduk berjumlah ratusan ribu bahkan jutaan adalah sebuah tantangan yang besar.
Selain mengandalkan mata untuk melihat permasalahan di wilayahnya, pemimpin juga dituntut untuk selalu mendengar keluh kesah masyarakat yang luput dari pandangannya.
Kerap kita temukan, pemimpin dengan jabatan tertinggi di suatu wilayah selalu menjadi sorotan utama ketika sebuah permasalahan menyeruak.
Sedangkan, perangkat-perangkat di bawahnya yang turut bertanggung jawab tidak mendapatkan perlakuan serupa.
Fenomena tersebut terasa nyata bagi Arief Rohman, pria kelahiran 8 Maret 1980 yang saat ini menjabat sebagai Bupati Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah.
“Selama ini, orang ini urusan a sampai z, bupati semua. Jadi istilahnya, urusan orang melahirkan sampai meninggal ini pasti ke bupati,” ucapnya saat diwawancarai oleh Wisnu Nugroho, jurnalis sekaligus pemimpin redaksi Kompas.com dalam siniar (podcast) BEGINU.
Ia menggambarkan betapa masyarakat selalu melarikan aduan kepada bupati berdasarkan pengalaman selama menjadi wakil bupati di periode sebelumnya.
Adapun aduan tersebut sangat beragam, mulai dari yang personal seperti pembayaran rumah sakit, kebutuhan sekolah, hingga permasalahan besar seperti kerusakan jalan.
Berangkat dari sana, bupati yang pernah mengenyam pendidikan magister di Universitas Indonesia ini menginisiasi sebuah cara agar masyarakat memiliki pemahaman terkait perangkat-perangkat penanggung jawab dalam sebuah pemerintahan.
Baca Juga: Pandemi membaik, Ganjar Optimis Borobudur Marathon 2021 Dapat Diselenggarakan