Makassar, Sonora.ID - Pemerintah setempat ingin tetap menggunakan GeNose.
Bukan sebagai pendeteksi Covid-19, alat itu untuk memeriksa paru-paru pelajar di Makassar.
Wali Kota, Danny Pomanto mengambil keputusan itu lantaran produk buatan ahli dari UGM itu kurang akurat. Terlebih, belum menjadi rekomendasi organisasi kesehatan dunia (WHO).
"GeNose itu ada yang bilang tidak bisa memang belum masuk WHO," ujarnya saat ditemui belum lama ini.
Dia menjelaskan teknis pemeriksaan selama pelaksanaan simulasi pembelajaran tatap muka (PTM). Pelajar mengikuti per dua pekan. Sementara swab antigen disiapkan untuk memastikan siswa terbebas dari virus corona.
Baca Juga: GeNose Bagi Pelajar, Wakil Rektor UGM Apresiasi Langkah Pemkot Makassar
"Ini pastikan paru-parunya sehat dan setiap satu bulan kita antigen lagi," jelasnya.
Wali Kota sebelumnya mengaku tertarik memanfaatkan GeNose seiring bisa lebih menghemat anggaran dibandingkan jika menggunakan rapid test antigen maupun PCR.
Sehingga, pihaknya bisa lebih banyak dalam pengadaan.
"Itu kan ditiup saja dan lebih murah," sambungnya.
Dia menjelaskan GeNose di pasaran hanya seharga Rp 30 ribu, sementara untuk Rapid Antigen dan PCR bisa menghabiskan anggaran Rp 150 ribu sampai 1 juta.
"Bayangkan bedanya harga antara GeNose, Antigen, dan PCR," tutupnya.
Berbeda dengan lainnya, GeNose mendeteksi Covid-19 hanya dengan embusan napas.
Baca Juga: GeNose Tetap Digunakan di Makassar, Ini Alasan Wali Kota Danny Pomanto