Jakarta, Sonora.Id - Perpustakaan memiliki peran dalam pemulihan ekonomi nasional. Melalui program perpustakaan transformasi berbasis inklusi sosial, pemulihan sosial ekonomi masyarakat yang terdampak pandemi akan dipulihkan melalui layanan literasi hingga ke tingkat desa.
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Muhammad Syarif Bando, mengatakan sebanyak 30 juta masyarakat Indonesia terdampak pandemi Covid-19. Di sinilah peran perpustakaan dinanti untuk hadir membagikan pengetahuan dan informasi kepada masyarakat, agar dapat bangkit dari keterpurukan.
Syarif Bando menjelaskan, ada tiga faktor utama penyebab kemiskinan yakni terbatasnya penguasaan ilmu pengetahuan, akses permodalan yang terbatas, dan budaya malas.
"Tidak ada yang tahu, kapan pandemi ini akan berakhir, sehingga menjadi tugas utama kita sebagai pustakawan untuk menggerakkan masyarakat agar dia memiliki ilmu pengetahuan, serta menggerakkan budaya malas menjadi rajin," kata Syarif Bando dalam webinar yang diselenggarakan Forum Perpustakaan Umum Indonesia (FPUI) dengan tema Peran Perpustakaan Umum di Era New Normal Dalam Upaya Pemulihan ekonomi Nasional, secara daring pada Selasa (9/11/2021).
Baca Juga: Perpusnas Gelar Literasi Kebencanaan Bagi Masyarakat Aceh
Syarif Bando mengatakan, sudah saatnya para pustakawan dan para pengelola perpustakaan menjadikan perpustakaan sebagai pusat transfer ilmu pengetahuan, tidak hanya manajemen koleksi dan manajemen ilmu pengetahuan. "Ini filosofi kita bersama, maka kita terus mengajak mitra untuk memastikan Indonesia bisa melangkah maju serta menyejahterakan kehidupan," katanya.
Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami, mengatakan kemampuan membaca menjadi syarat utama untuk dapat mengakses pengetahuan dan menguasai berbagai bidang ilmu. Dia menekankan, pada masa pandemi, perpustakaan perlu diberdayakan karena banyak masyarakat yang membutuhkan pengetahuan dan informasi.
"Perpustakaan tidak hanya sekadar menunggu masyarakat dengan tumpukan buku, tetapi masyarakat akan hadir di perpustakaan untuk meningkatkan produktivitasnya," katanya.
Untuk menjadikan perpustakaan sebagai pilar penting dalam pemulihan ekonomi nasional, lanjut Amich, perpustakaan harus dimaknai secara luas, bukan sekadar jumlah koleksi dan ruang baca. Perpustakaan tidak dapat dikelola oleh pustakawan pasif yang sekadar bekerja secara teknis, belum sebagai penggerak literasi.
Melalui transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial, perpustakaan mengubah bentuk fisik dan layanan yang diberikan kepada masyarakat. Seperti penambahan koleksi dan penguatan infrastruktur TI yang digunakan masyarakat untuk berselancar di dunia maya dalam mendapatkan pengetahuan dan informasi.
Dikatakannya, perpustakaan desa atau taman bacaan masyarakat dapat berperan sebagai pusat informasi dan pengetahuan, sekaligus pusat pemberdayaan masyarakat berbasis literasi, untuk menggerakkan masyarakat bangkit dari keterpurukan. "Kami memperkuat dengan dana alokasi khusus (DAK) bidang perpustakaan untuk membangun perpustakaan dan melengkapi fasilitas perpustakaan," ungkapnya.