Jakarta, Sonora.Id - Rumah adalah sekolah pertama bagi setiap orang. Sejak pandemi Covid-19, anak usia sekolah "dipaksa" untuk kembali belajar di rumah. Baik secara online maupun melalui orangtua masing-masing. Namun, pada praktiknya banyak para orangtua yang tidak siap menghadapi situasi tersebut. Maka penting bagi para orangtua membekali keluarganya dengan asupan bahan bacaan, sehingga proses pembelajaran terus berjalan melalui bacaan yang disiapkan.
Sebagai unit terkecil dari masyarakat, keluarga memiliki pengaruh besar terhadap budaya baca. Sehingga literasi keluarga adalah keniscayaan yang mesti dikuatkan.
“Keluarga juga merupakan pondasi bagi penumbuhan budaya baca,” kata Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca Perpustakaan Nasional Adin Bondar pada Webinar Duta Baca Indonesia bertemakan ‘Pentingnya Bacaan Anak Di Keluarga, Jumat, (19/11/21).
Jika kebiasaan membaca sudah terlatih sejak dini akan mudah membentuk kualitas literasinya. Literasi yang dimaksud bukan sekedar bisa baca-tulis melainkan proses pembentukan cognitive skill. Cognitive skill merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja, motivasi, komitmen kerja, dan lain sebagainya. Dan ini adalah modal penting ketika mereka akan berkompetisi secara global.
“Literasi harus menjadi budaya agar persoalan kualitas sumber daya manusia dapat terkonstruksi dengan baik sehingga segala perubahan di masa depan bisa diantisipasi dengan tepat,” tambah Adin.
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat punya andil besar dalam membentuk kebisasaan membaca dan literasi sejak anak-anak. Penulis dan Kurator Buku Anak Indonesian Writes Inc Debby Lukito Goeyardi menambahkan sejatinya sejak masih dalam kandungan proses kebiasaan membaca bisa dibentuk. Secara medis, pada pekan kelima otak mulai tumbuh dalam janin. Meski masih berada dalam kandungan, si ibu bisa merangsangnya dengan membacakan cerita-cerita.
“Jika konsisten dilakukan, anak akan mengalami pertumbuhan yang cepat pada aspek berbicaranya. Dan ketika balita, buku-buku yang merangsang motor sensoriknya lebih disarankan,” jelas Debby.
Begitu pentingnya peran keluarga terutama orang tua memantik kenangan pendiri Taman Baca Pelangi Nila Tanzil. Nila sendiri berkisah dimana masa kecilnya tumbuh dengan orang tua yang kutu buku. Setiap kamar dipenuhi dengan buku-buku berbagai genre.
“Peran keluarga amat penting menerapkan praktek literasi,” ujarnya.
Setiap zaman memang menghasilkan kebiasaan dan pelaku yang berbeda. Di masa lalu, Indonesia kesulitan mendapati penulis buku anak, namun kini penulis buku anak banyak bermunculan. Hal ini diamati oleh Duta Baca Indonesia Gol A Gong.
“Zaman dulu yang berkembang adalah tradisi lisan, makanya tidak mengherankan jika para penulis mayoritas lahir dari pedongeng,” ungkap Gol A Gong.
Kegemaran membaca sudah menjadi bagian dari isu strategis nasional. Arah pembangunan saat ini adalah pembangunan sumber daya manusia (human capital). Terlebih jelang usia satu abad kemerdekaan, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Di mana usia produktif mendominasi wajah negeri. Maka itu, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mendidik karakter anak.