Banjarmasin, Sonora.ID - Di tahun 2022, Dinas Kesehatan (Dinkes) memiliki 11 PR yang harus diselesaikan.
Pertama, Dinkes Banjarmasin menargetkan bisa mengoperasionalkan gedung utama RS Sultan Suriansyah tahap 3.
Kedua, mengoperasionalkan gedung baru puskesmas Sungai Andai.
Ketiga, mengoperasionalkan gedung baru instalasi farmasi.
Keempat, mengoperasionalkan gedung baru puskesmas Pemurus Baru.
Baca Juga: Target Tiga Bulan, Pemkot Surabaya Kejar Zero Stunting
Kelima, menurunkan angka stunting.
Keenam, pengawalan 26 puskesmas yang menerapkan BLUD.
Ketujuh, Kaderisasi kepemimpinan.
Kedelapan, pembangunan gedung baru puskesmas Mantuil.
Kesembilan, restrukturisasi puskesmas.
Baca Juga: Hari Ibu, Ibu Hamil & Menyusui di Kalsel Dapat Edukasi Bahaya Stunting
Kesepuluh, membentuk herd immunity, dan Kesebelas, peningkatan mutu yankes primer.
Lantas, PR mana yang dianggap paling berat untuk diwujudkan?
Menjawab hal itu, Kepala Dinkes Banjarmasin, Machli Riyadi mengaku bahwa menurunkan angka stunting lah yang paling sulit direalisasikan.
"Dinkes tidak bisa melakukan sendiri dan tergantung dengan SKPD lain. Misalnya Dinas Pendidikan, dan Dinas Sosial," ucapnya, saat dikonfirmasi Smart FM Banjarmasin.
Machli menjelaskan, bahwa angka stunting di Banjarmasin mencapai 27 persen, atau di atas angka nasional yang hanya di angka 21 persen.
"Stunting ini terlihat di 1.000 hari pertama kelahiran. Pada anak usia 0-3 tahun. Tinggi badan tidak sesuai dengan usia," jelasnya.
Lebih jauh, Machli menjabarkan, daerah sebaran kasus stunting, atau berada di zona merah. Yakni di wilayah Benua Anyar, Sungai Bilu, Sungai Lulut dan Karang Mekar.
Kemudian, Kelayan Selatan, Murung Raya, Pemurus Baru, Pemurus Dalam, Tanjung Pagar, Teluk Dalam dan Mantuil.
"Ada 8 aksi bentuk upaya menurunkan stunting ini. Sekarang kita sudah di aksi ketujuh. Sudah melakukan urung rembuk penetapan SK dan tinggal tahap evaluasi," tutupnya, tanpa menjelaskan lebih jauh maksud 8 aksi itu.