Find Us On Social Media :
Remaja perempuan yang mengalami perundungan (freepik.com)

Dampak Bullying Bagi Kesehatan Mental Anak Serta Cara Mengatasinya

Nika Halida Hashina - Senin, 7 Februari 2022 | 22:30 WIB

 

Sonora.ID - Menurut Sejiwa (2008), bullying atau perundungan merupakan tindakan penggunaan kekuasaan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok orang, baik secara verbal, fisik, maupun psikologis sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tak berdaya.

Perundungan dapat berdampak serius bagi kesehatan mental. Grant Hillary Beanner, seorang psikiater asal Amerika Serikat, anak-anak dan remaja yang diintimidasi dari waktu ke waktu, lebih mungkin mengalami depresi dan kecemasan, serta memiliki harga diri yang rendah.

Organisation of Economic Co-operation and Development (OECD) dalam riset Programme for International Students Assessment (PISA) tahun 2018 juga mengemukakan, terdapat 41,1 persen murid di Indonesia yang pernah mengalami perundungan. Data statistik tersebut cukup membuktikan ruang aman bagi anak, untuk tumbuh kembang mereka, masih sulit direalisasikan.

Baca Juga: 5 Pesan Moral Hidup yang Bisa Dipetik dari Serial All of Us Are Dead

Dalam kasus yang cukup langka, anak-anak korban perundungan mungkin akan menunjukkan sifat kekerasan. Seperti yang pernah menimpa Charles Andy Williams (15 tahun), pelaku penembakan 15 orang di Santana High School pada 5 Maret 2001. Motif penembakan yang dilakukan Andy pun didasari rasa sakit hati sebagai korban perundungan.

Dalam wawancaranya bersama abc news, Andy mengatakan bahwa dia "berusaha membuktikan suatu hal" kepada anak-anak yang telah menindasnya. Melalui proses pengadilan, ia dijatuhi hukuman 50 tahun penjara.

 

Tanda-tanda Anak dan Remaja yang Mengalami Perundungan

Gejala paling umum pada anak yang memiliki kekhawatiran atas perundungan, yaitu ia menjadi mudah gelisah, tertutup  ketika diajak bicara, dan cenderung menghindari suatu hal. Pada kasus remaja, mereka akan menghindar dari sekolah atau lingkungan sosialnya.

Dalam hal ini, jangan menyalahkannya jika ia tidak mau keluar rumah. Cobalah untuk bertanya mengapa dia bertindak demikian. Jika sudah mau bercerita, berilah penjelasan bahwa mengabaikan intimidasi adalah kesalahan. Bantu dia untuk memahami apa yang harus dilakukan ketika kembali diintimidasi dan memberi tahu orang-orang yang secara khusus bisa diajak berbicara.