Find Us On Social Media :
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono melihat produk olahan sampah yang didaur ulang. (Sonora.ID/Indri Rizkita)

Produksi Sampah Meningkat, Wako Pontianak Ajak Masyarakat Terapkan 3R

Indri Rizkita - Sabtu, 5 Maret 2022 | 13:45 WIB

Pontianak, Sonora.ID - Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono mengharapkan momentum Hari Peduli Sampah Nasional bisa menjadi pengingat bagaimana upaya dari semua pihak menjaga lingkungan agar kota Pontianak tetap bersih dari sampah.

Menurutnya, banyak cara dalam mengelola sampah, salah satunya adalah dengan merapkan konsep 3R (recycle, reduce, reuse).

Hal ini disampaikannya saat memperingati Hari Peduli Sampah Nasional yang digelar di Taman Alun-Alun Kapuas, pada Sabtu (5/3).

“Berbagai macam kegiatan atau cara untuk mengelola sampah sudah kita ketahui ada konsep 3R, recycle, reduce, reuse. Sampah bisa didaur ulang, bisa digunakan kembali, ataupun dimultifungsikan. Ada juga sampah yang dijadikan pupuk kompos. Ada sampah yang dijadikan gas metan untuk menjadi energy, kita sudah ada alatnya biodigister di Jalan Purnama. Sampah-sampah organik yang bisa diolah dan dimanfaatkan kembali,” ungkap Edi.

Ia mengungkapkan, khusus di kota Pontianak produksi sampah yang dikelola di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) rata-rata 350-400 ton setiap hari.

Baca Juga: Kirain Cuma Sampah, Biji Pepaya Gak Disangka Bisa Beri 4 Manfaat Ini

“Diperlukan komitmen dan kepedulian dari semua pihak untuk mengatasi sampah. Kalau lingkungan kota memang menjadi tanggung jawab pemerintah kota, tapi kalau lingkungan rumah menjadi tanggung jawab keluarga, begitu pula dengan lingkungan sekolah. Perlu komitmen dan kepedulian yang terus menerus untuk menjaga lingkungan tetap bersih,” ujarnya.

Edi menyampaikan, biaya untuk mengelola sampah dalam setahun di pemerintah kota Pontianak hampir mencapai 50 miliar. Mulai dari membayar gaji karyawan, operasional, angkutan, perawatan, pengolahan di TPA hingga sewa alat.

“Mulai dari membayar gaji karyawan, operasional, angkutan, perawatan, pengolahan di TPA bisa sampai 9-15 miliar, kita sewa alat ekskavator dan lain-lain bisa sampai 50 miliar. Sementara retribusi sampah yang dibayarkan masyarakat setiap bulan melalui PDAM hanya 20 miliar. Kita sudah berupaya agar sampah dijadikan energi listrik tapi belum terlaksana karena biaya yang terlalu mahal,” ungkapnya.

Diakuinya, sampah memang menjadi masalah di setiap daerah di Indonesia. Oleh karena itu, harus ada pola pikir (mindset) yang diubah yaitu mengenai kebiasaan buruk yang masih sering membuang sampah sembarangan di parit dan sungai.

Baca Juga: Kominfo Sosialisasikan Pemilahan Sampah Rumah Tangga Melalui Program Kampung Iklim di Mandalika

“Kita sudah tidak bisa lagi terpaku dengan mekanisme yang umum. Kemarin di daerah Parit Tokaya setiap hari sampah yang diangkut rata-rata 3 truk sampah yang diangkut dari parit. Kebiasaan masyarakat yang masih sering membuang sampah sembarangan termasuk di parit bisa disebabkan oleh mindset masyarakat yang hanya ingin cepat dan mudah, asal lingkungannya bersih. Mindset seperti itu harus diubah. Kita harus bisa membuat lingkungan bersih, tidak menyusahkan orang walaupun ada petugas kebersihan. Yang paling mudah adalah mengajarkan anak-anak sejak dini untuk hidup bersih,” jelas Edi.

Untuk itu, ia mengharapkan seluruh masyarakat bisa membuat bank sampah mini, baik di rumah maupun di sekolah, termasuk perusahaan yang berkomitmen terhadap sampah.

“Semua pihak seharusnya bisa membantu dan berkolaborasi dalam mengatasi sampah dan menjaga lingkungan tetap bersih,” pungkasnya.