Find Us On Social Media :
Bubur Lemu, Hidangan Tradisional Khas Solo (Instagram)

Wajib Coba Makanan Khas Solo Ini, Si Bubur Lemu Hidangan Tradisional

Kukuh Kurniadi - Rabu, 16 Maret 2022 | 13:10 WIB

Surakarta, Sonora.ID - Tak hanya nasi liwet, selat Solo, dan soto. Makanan khas Solo lainnya yakni bubur lemu.

Bubur lemu terbuat dari beras, santan, dan aneka bumbu. Biasanya kuliner ini disajikan dengan opor ayam kampung, telur, tahu, serta sambal goreng kerecek.

Semua bahan pelengkapnya kaya akan kandungan protein. Mungkin karena hal ini lah dinamakan bubur lemu.

Selain itu, cita rasa bubur lemu yang gurih disajikan dengan opor membuat perpaduan semakin nikmat.

Terlebih, sambah goreng kerecek membuat warna sajian semakin menggugah selera. Biasanya di beberapa tempat ada juga yang menyajikannya dengan kacang tolo.

Jika Anda penasaran dengan cita rasa bubur lemu bisa datang langsung ke Solo.

Tak hanya dikenal sebagai hidangan tradisional yang lezat dan gurih, bubur lemu juga memiliki filosofi didalamnya.

Karena sejatinya bubur lemu adalah hidangan tradisional yang telah lahir sejak jaman Keraton Kasunanan Surakarta.

Filosofi di balik semangkuk bubur lemu atau orang Jawa kerap menyebutnya jenang lemu.

Baca Juga: Ekstrem! Warung Sate Kambing Tarman Tak Pernah Tutup, Siap Layani Kapan Saja

Menurut sudut pandang sosiologi, jenang (bubur) adalah makanan tradisional yang tidak terperangkap kasta sosial dan masih terjaga unsur tradisionalnya.

Dari keluarga keraton, sampai yang berdarah biru, hingga rakyat-rakyat kecil, mereka semua memanfaatkan jenang untuk konsumsi sehari-hari dan sebagai sesaji.

Jenang tidak milik satu golongan kasta saja. Padahal pada zaman dahulu makanan biasa dijadikan simbol untuk pembeda status sosial atau pembeda kasta di kerajaan.

Jenang sendiri merupakan hidangan pertama nusantara yang masih terjaga kearifannya hingga saat ini dan dijadikan sebagai simbol dari kesederhanaan.

Bahan untuk membuatnya juga berasal dari bahan-bahan lokal, tanpa harus diimpor, dan dioalah secara sederhana.

Jenang umumnya disajikan di atas takir atau daun pisang yang dipetik di pekarangan, masyarakat jawa kerapmenyebutnya dengan istilah pincuk.

Menghidangkan jenang dan membahas tentang jenang maka kita melihat bentuk asli budaya Jawa tanpa kepalsuan. Pelajaran hidup yang sederhana, dan tidak ada kesenjangan sosial didalamnya.

Baca Juga: Wajib Coba! Es Dawet Telasih Bu Dermi, Kuliner Legendaris Kota Solo