Find Us On Social Media :
Ilustrasi Produktivitas yang Berantakan (freepik.com)

Sering Tak Disadari, Ini Tanda-Tanda Kalau Produktivitas Kamu Toksik

Fauzi Ramadhan - Kamis, 24 Maret 2022 | 14:00 WIB

Sonora.ID - Pandemi membuat kita memiliki lebih banyak waktu di rumah. Kesempatan ini lantas kita manfaatkan untuk melakukan hal-hal produktif yang sulit dilakukan sebelumnya, seperti mencoba hobi baru, menghadiri banyak rapat sekaligus, atau mengikuti kursus online.

Jika dilakukan secara bijak, produktivitas tersebut akan berdampak positif bagi perkembangan diri kita. Namun, apabila dilakukan secara terus-menerus bahkan keterlaluan, kita berisiko terjebak dengan fenomena toxic productivity atau produktivitas yang toksik.

Melalui siniar (podcast) Anyaman Jiwa episode “Kenali Toxic Productivity, Obsesi Berlebihan untuk Produktif”, Dra. Astrid Regina Sapiie, seorang psikolog klinis, akan membantu kita untuk mengenali tanda-tanda toxic productivity sehingga dampak buruk dari kecenderungan toksik ini dapat dicegah.

Baca Juga: Ketika Produktif Jadi Toxic Productivity, Kok Bisa?  

Pertama-tama, Astrid memaparkan bahwa orang yang mengalami toxic productivity cenderung terus-menerus berusaha untuk produktif, bahkan sampai mengorbankan dirinya sendiri. “Padahal, manusia harusnya seimbang,” tutur Astrid.

Astrid kemudian mengungkapkan salah satu faktor seseorang mengalami fenomena ini, yaitu keinginan yang memaksa untuk mengikuti suatu standar produktivitas tertentu. “Dia merasa (dengan) mengikuti tuntutan dari standar produktivitas itu, maka ia menjadi orang yang produktif dan hebat,” tambahnya.

“Mungkin kerjanya bagus, tetapi dia merusak dirinya sendiri,” ujar Astrid.

Tanda-tanda Toxic Productivity

Lebih lanjut, Astrid menyebutkan tanda-tanda seseorang mengalami toxic productivity. Pertama, komplain dari orang terdekat, misalnya dari anak atau pasangan. “Dengan adanya komplain begitu, maka sudah alarm. Kita terlalu banyak memberikan perhatian kepada pekerjaan kita,” jelasnya.