Yogyakarta, Sonora.ID - Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) menggandeng Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) menggelar pelatihan pemberdayaan kelompok ekonomi korban. Pelatihan yang dibuka Ketua LPSK Hasto Atmojo Suroyo itu diselenggarakan selama empat hari, mulai 23-26 Maret 2022 bertempat Berkah Bumi Blembem, Sleman, Yogyakarta.
Hadir dalam pembukaan pelatihan, Wakil Ketua LPSK Antonius PS Wibowo, Romo Eko Aldi, Suster Marisa dan 12 orang peserta yang merupakan penyintas maupun keluarga korban tindak pidana yang menjadi Terlindung LPSK. Para peserta diberikan pengetahuan dan keterampilan, mulai dari pelatihan peternakan lele, pertanian hingga pengolahan makanan.
Ketua LPSK Hasto Atmojo Suroyo mengatakan, pelatihan ini merupakan bentuk dari pemenuhan hak korban mendapatkan rehabiitasi psikososial. Selama ini, penafsiran LPSK terhadap psikososial terlalu sempit, hanya dengan menyodorkan kebutuhan para korban melalui kerja sama dengan berbagai lembaga negara maupun non-negara bahkan internasional.
LPSK, lanjut Hasto, mulai memperluas penafsiran terhadap rehabiitasi psikososial, yang salah satunya dengan ikut sharing dalam hal pembiayaan. Ke depannya akan terus begitu. “Kita segera siapkan roadmap program psikososial. Karena tahun depan, psikososial akan menjadi program nasional kedua, setelah sebelumnya program perlindungan berbasis komunitas,” katanya.
Menurut Romo Eko Aldi, pelatihan pemberdayaan kelompok ekonomi bermanfaat bagi banyak orang, terlabih mereka yang membutuhkan. “KWI mendukung apa yang dilakukan LPSK, terlebih pendampingan korban bagi kami juga sangat penting. Mari sama-sama mengupayakan yang terbaik bagi korban. Terima kasih LPSK yang sudah menginisiasi kegiatan ini,” ujar Romo Eko.
Wakil Ketua LPSK Antonius PS Wibowo menuturkan, pelatihan ini merupakan tahapan keempat jika ditarik ke belakang sejak pimpinan LPSK bertemua dengan Ketua KWI pada Februari 2021. “Waktu itu ada kesamaan pemahaman antara KWI dan LPSK bahwa tugas keduanya banyak bersinggungan,” ungkap Antonius.
Pihaknya bersyukur pelatihan yang diinisiasi LPSK mendapatkan tanggapan positif dari penyintas maupun keluarga. Terlihat dari cukup banyaknya peserta yang tertarik dengan beberapa keterampilan yang diberikan dalam pelatihan ini. “Niat kita mencari tambahan keterampilan demi perbaikan masa depan lebih baik,” pungkasnya.