Find Us On Social Media :
TBC atau Tubekulosis (unsplash.com)

Selama Bulan Februari 2022 Hanya ditemukan 133 Kasus, TBC di Wonogiri Menurun

Kukuh Kurniadi - Jumat, 25 Maret 2022 | 14:25 WIB

Solo, Sonora.ID – Hari Tuberkulosis Sedunia atau World Tuberculosis Day diperingati setiap tanggal 24 Maret. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini masih terus ditemukan di Indonesia, termasuk Wonogiri.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, Satyawati Prawirohardjo, menjelaskan kuman Tuberkulosis (TB) ditemukan pada tahun 1882 lalu.

Meski sudah cukup lama ditemukan di Eropa dan Amerika, hingga saat ini kasus TB masih terus bermunculan, salah satunya Indonesia.

“Berbeda dengan tahun 2020, pada tahun 2021 akan terjadi penurunan penemuan kasus TB,” ujarnya.

Berdasarkan catatan Dinkes Wonogiri, kasus TBC sebanyak 682 kasus seperti pada tahun 2020. Sedangkan pada tahun 2022 berkurang dengan 628 kasus penemuan. Saat ini, sejak 2022 hingga Februari lalu, menurut Satyawati, kasus TB di Wonogiri sudah banyak, tepatnya 133 kasus.

Penemuan kasus TB kata dia, dipisahkan antara penemuan kasus yang pasif dan penemuan kasus yang aktif. Penemuan kasus yang pasif biasanya ada pasien yang memeriksakan dirinya sendiri di klinik kesehatan. Selama pemeriksaan, ada gejala yang mengarah ke penyakit TB, tepatnya seperti batuk yang tidak kunjung mereda. Kemudian pada saat itu dilakukan pemeriksaan dahak untuk memastikan pasien tersebut mengidap TBC atau tidak.

Sementara untuk penemuan kasus aktif adalah kasus yang ditemukan saat pemeriksaan di masyarakat. Misalnya saat penyuluhan, warga bergejala kemudian melakukan pemeriksaan dahak.

"Selain itu, kita juga lakukan upaya penemuan kasus dengan program ketuk pintu melibatkan kader kesehatan," jelas dia.

Pada dasarnya selama pandemi, kunjungan pasien ke kantor kesehatan dan upaya penyuluhan di masyarakat telah berkurang karena berbagai keterbatasan.

"Penurunan juga diakibatkan kegiatan penemuan kasus berkurang karena kondisi pandemi. Masyarakat mungkin takut ke faskes karena situasinya pandemi dan kegiatan kita yang aktif mencari juga berkurang karena pembatasan yang ada," terang dia.

Meski demikian, pihaknya menilai ada sisi positif dari adanya pandemi untuk kasus TB, misalnya individu lebih sadar melakukan PHBS. Termasuk memakai masker. Menurut dia, selama pandemi ini, semua orang umumnya memakai masker, yang bisa menjadi penyebab penurunan kasus TBC.

"Prokes untuk mengenakan masker ini kalau bisa tetap lanjut, karena itu bisa mengurangi penularan TB. Utamanya TB paru, kebanyakan kasus memang TB paru," ujarnya.

Kemudian dia menuturkan angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan di tahun 2020 mencapai 91,91 persen. Di tahun 2021, angka kesembuhan dan keberhasilan pengobatan mencapai 89 persen.