Sragen, Sonora.ID - Lintasan pacuan kuda Nyi Ageng Serang di Sumberlawang, Sragen sudah belasan tahun terhenti.
Dahulu pacuan kuda Nyi Ageng Serang sangat populer antara tahun 2006 hingga 2010. Pacuan kuda yang terletak di Desa Ngasinan, Desa Ngargotirto ini didirikan oleh mantan Bupati Sragen, Untung Wiyono.
Sekretaris Desa Ngargotirto, Lilik Purnomo mengenang masa kejayaan pacuan kuda Nyi Ageng Serang, satu-satunya pacuan di Solo Raya.
"Senang banget sebelumnya, dimulai tahun 2006. Terakhir tahun 2010 kalau tidak salah," kata Lilik, Kamis (7 Juli 2022).
Ia masih ingat betul, desanya yang berada di tepi hutan pernah menjadi tempat yang riuh, di mana ratusan, bahkan ribuan orang datang menjenguknya.
Baca Juga: Terapkan Buka Tutup Jalur, Jembatan Peninggalan Belanda Ambrol di Sragen
Saat arena pacuan kuda mulai dibangun, masih belum ada akses jalan penuh. Kondisi jalan menuju arena pacuan kuda memang tidak layak, namun hal itu tidak menyurutkan semangat warga yang datang untuk menghadiri acara setahun sekali tersebut.
“Sekitar tahun 2006 belum ada jalan untuk ke lokasi, jadi kalau macet bisa ke Sumberlawang,” jelas Lilik Purnomo.
Pada masa kejayaannya, beberapa perlombaan acap kali digelar, mulai dari gulat Piala Bupati Sragen hingga Piala Gubernur Jawa Tengah.
“Sebelumnya ramai, ada beberapa event, Piala Gubernur, Piala Kapolda, Piala Bupati dan sebagainya,” jelasnya.
Sebagian besar hadirin yang hadir adalah mahasiswa dan pegawai negeri. Banyak penonton dari pinggiran kota datang untuk menonton olahraga berkuda.
“Semua sekolah dan akademi sibuk datang untuk melihat,” jelasnya.
“Sebelumnya sangat terkenal, Pak Untung memiliki pengaruh yang cukup baik sehingga terkenal di mana-mana,” tambahnya.
Kesuksesan di masa Pak Untung saat itu memang membuat sorotan di Solo Raya, karena Pacuan Kuda hanya ada di Sragen pada saat itu. Banyak penyelenggaraan lomba pacuan kuda yang di laksanakan disana.
Penduduk setempat juga terpengaruh oleh acara pacuan kuda, penjualan, dan pembukaan kios.
Baca Juga: Heboh! Kandang Sapi di Sragen Ludes Terbakar saat Berbuka Puasa
“Ekonomi kerakyatan juga meningkat pesat, tidak hanya penduduk lokal, penduduk dari seluruh dunia berbondong-bondong menjual barang,” kata Lilik.
Acara ini diadakan hanya untuk tingkat provinsi Jawa Tengah karena arena pacuan kudanya tidak cukup lama.
Lintasan balap Nyi Ageng Serang memiliki panjang 600 meter, yang seharusnya panjangnya 1.200 meter. Menurut Lilik, treknya menggunakan pasir super dari Gunung Merapi.
“Pertama bagus banget, tracknya juga bagus, pakai pasir ayakan, pasir super merapi,” ujarnya singkat.
"Dari lagu yang bagus, hanya tidak terlalu lama, itu sebenarnya standar nasional, jika diregangkan sedikit itu standar nasional," tambahnya.
Sebelumnya, ada proyek untuk memperluas lintasan, tetapi digagalkan karena pergantian pemimpin.
“Rencananya relnya dilebarkan lagi, lalu ganti haluan, itu saja, setelah Pak Untung tidak dipakai lagi,” tutupnya.
Direncanakan, lintasan dilebarkan tetapi karena pemimpin ganti, akhirnya wacana tersebut gagal dan tidak dilaksanakan hingga sekarang hingga kini mangkrak tak terpakai dan tinggal kenangan saja.