Solo, Sonora.ID - Pada tanggal 11 April 2022, ikataan BEM SI melakukan aksi unjuk rasa yang dinamai Aksi Nasional 114, dengan membawa beberapa tuntutan.
Tuntutan tersebut adalah penolakan penundaan pemilu, wacana tiga periode, kelangkaan minyak goreng hingga kenaikan PPN, Pertalite serta LPG.
Beberapa anggota BEM UNS yang tergabung dalam ikatan BEM SI pun berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk turut serta menyerukan tuntutan yang sudah menjadi keresahan masyarakat Indonesia.
Presiden BEM UNS mengungkapkan bahwa demontrasi kali ini adalah follow up dari aksi demontrasi yang sudah digelar pada tahun lalu. Selain itu Zacky mengatakan bahwa pihaknya benar datang ke Jakarta dengan jumlah sebanyak 30 orang.
Rombongan BEM UNS berangkat menggunakan bus bersama dengan rombongan mahsiswa lain dari seluruh Jateng dan DIY.
Baca Juga: Pengamat Sesalkan Demo 11 April di Palembang Berujung Ricuh
Menurut keterangan dari Presiden BEM UNS, perjalanan kali ini berjalan lancar dan tidak ada aksi putar balik seperti yang sudah ramai diberitakan.
Dia juga mengungkapkan bahwa akun sosial media nya beberapa kali mendapatkan serangan dari para buzzer sehingga membuatnya merasa terbungkam hak berpendapatnya.
Dia mengatakan, bahwa sosial media nya mengalami serangan bahkan sempat beberapa kali diretas sejak tahun lalu.
Padahal Negara ini adalah Negara demokrasi, dimana rakyat bebas untuk mengungkapkan pendapat yang mereka yakini benar. Beberapa aksi provokasi yang dilayangkan oleh buzzer terkadang membuatnya merasa dipojokkan.
Dia mengaku, serangan itu tidak hanya mampir pada akun media sosialnya, namun telah merambat hingga chat pribadi.
Meskipun demikian, hal tersebut tidak menyurutkan niatnya untuk menyampaikan aspirasi untuk rakyat Indonesia.
Tampak pada live streaming akun BEM UNS, ketiga puluh rombongan BEM UNS Solo menggunakan almamater berwarana hijau tosca atau yang lebih dikenal dengan warna telur bebek tersebut meengikuti jalannya aksi demontrasi yang dilakukan oleh ikatan BEM SI.
Menyerukan tuntutannya yang diharapkan mampu mengetuk hari para petinggi negeri.