Tak hanya di kota-kota besar, bisnis pakaian bekas (thrift) semakin menjamur di berbagai tempat. Salah satu faktornya utamanya adalah jumlah permintaan yang semakin tinggi.
Tingginya jumlah permintaan ini diakibatkan harga pakaian thrift yang lebih miring daripada harga pasar pada umumnya. Apalagi, jika beruntung, kita bisa mendapatkan pakaian bekas dengan kualitas yang masih sangat bagus, bahkan bermerek sekalipun, dengan harga yang lebih murah.
Salah seorang yang menekuni bisnis pakaian bekas ini adalah Cherien, pemilik sebuah toko thrift bernama Whalace. Melalui siniar (podcast) CUAN - Cari Untung Bareng Teman episode “Bisnis Thriftingan Meraup Cuan”, ia membagikan tips-tips cuan dari bisnis thrifting.
Baca Juga: Modal 300 ribu Untung 200 ribu, Ini Keuntungan Bisnis Thrift menurut Pemilik Thrift Shop
Apa itu Thrifting?
Cambridge Dictionary mendefinisikan thrift sebagai usaha penggunaan uang dengan berhati-hati, terutama dalam menghindari limbah.
Semakin berjalannya waktu, istilah ini kian tergeser menjadi kegiatan mengumpulkan barang-barang bekas, khususnya pakaian. Tujuan orang melakukan thrifting berbeda-beda, tetapi pada umumnya untuk mencari pakaian-pakaian bekas modis yang berharga murah.
Time, media berita kenamaan asal Amerika Serikat, sampai-sampai meliput fenomena thrifting ini dalam artikelnya yang berjudul “History of Thrifting: People Have Been Reusing Clothes Forever but Thrift Shops Are Relatively New. Here’s Why”.
Dalam artikel tersebut, disebutkan asal-usul kegiatan jual beli pakaian bekas ini, khususnya di Amerika.