Sonora.ID - Suaranya parau. Tangannya sesekali mengusap tetesan air mata yang mengalir di sela kerutan wajah. Romnah (72), saat bercerita tentang ketegarannya menjadi seorang lansia tunggal.
Sudah 10 tahun ia ditinggal oleh suaminya ke Jakarta. Tak ada kabar berita hingga kini usianya menjelang senja. Sejak suaminya pergi tanpa berkabar, Romnah banting tulang menghidupi 3 anaknya.
Bila ketegarannya mulai mengendur menghadapi kerasnya dunia, ia memilih terjaga di sepertiga malam. Di keheningan, ia meletakkan dahi di sajadah lusuh miliknya.
Lama ia bersujud, mengadu kepada Yang Maha Kuasa Kekuatan doanya, menjadi api yang menyalakan lagi semangatnya.
Romnah memulai hari-harinya. Ia melanjutkan aktivitas membuat jajanan pasar yang biasa dijajakannya keliling kampung setiap pukul 08.00 hingga 11.00 WIB.
Kue bugis, kue pisang, uli, oseng bihun, gemblong dan odading adalah beberapa jenis jajanan pasar yang dijual. Ia piawai dalam membuat jajanan ini berkat ibunya. Semua ia buat sendiri di dapur yang hanya berukuran 1 x 1,5 meter.
Romnah menjajakan dagangan dengan berjalan kaki, keliling Desa Sukakarsa, Kecamatan Sukarame, Kabupaten Tasikmalaya. Sesekali Romnah tersenyum, tatkala cerita dagangannya pun tak luput dari pembeli yang berhutang.
“Ya gak apa-apa, yang penting gak lama bayarnya. Kadang besoknya baru dibayar (jajanannya) sama pembeli,” tutur lansia yang memiliki 13 cucu.
Ia mengaku modal awal ia berdagang hanya Rp200 ribu. Sehari, jika jualannya habis ia bisa mengantongi keuntungan Rp100 ribu. Sebagian ia tabung, sebagian ia gunakan untuk menambah modal. Jika tidak habis, ia berikan untuk anak dan cucunya di rumah.
Baca Juga: Banyak Anak Yang Menelantarkan Lansia, Risma Ajak Masyarakat Konsisten Dampingi Lansia