Sonora.ID - Akhir tahun ajaran bukanlah masa untuk berhenti belajar. Itulah yang dihidupi para guru di SMA Kolese De Britto.
Pada saat murid berlibur, di situlah saatnya guru mengevaluasi diri dan saling berbagi pengalaman.
Ada dua kegiatan yang dilakukan oleh guru-guru De Britto yaitu Kelas Meneliti dan Kelas Inspirasi Mendidik (22/6/2022).
Kelas Meneliti merupakan kelas untuk belajar penelitian ilmiah guna mewujudkan salah satu kode etik guru De Britto.
Kelas Meneliti kali ini dimoderatori oleh Yoga Jati Kusuma, S.Pd. dengan mengambil tema “Menarasikan Hasil Penelitian”.
Acara ini menghadirkan sharing 6 orang guru De Britto. Tema tersebut diambil karena selama ini masih banyak pandangan bahwa melakukan penelitian merupakan hal yang rumit, sulit, dan harus spektakuler.
T. Dannar Sulistyo, S.Pd., M.Sc., juara 2 dalam Festival Guru Transformatif Unika Soegijapranata tahun 2022, berkisah bagaimana menarasikan hasil penelitian untuk perlombaan.
Penelitian yang dia lakukan bermula dari "keresahan" terhadap tugas dan tanggung jawab harian, serta inovasi proses pembelajaran di kelas di kala pembelajaran daring.
Media Google Data Studio yang dia gunakan untuk pembuatan dashboard data demografi ternyata mampu memberikan data permenungan yang menarik.
“Ternyata siswa saat ini jarang bergaul dengan tetangganya. Mereka kebingungan untuk membuat data sensus warga menggunakan Google Studio,” tutur reflektif Pak Dannar.
Senada dengan penelitian tersebut, R. Arifin Nugroho, S.Si., M.Pd. dan F. Wahyu Indriastuti, S.Pd. juga mengeksplorasi bagaiman penelitian dimulai dari hal sederhana dan menjadi dunia keseharian yaitu instagram.
Peraih penghargaan Science Education Awards ITSF 2021 ini memulai dari melihat konteks siswa yang sering berselancar di dunia maya.
Muncullah ide model pembelajaran Enzim Live on Instagram untuk paras siswa kelas XII MIPA.
Selain menarasikan hasil penelitian untuk lomba, 3 orang guru juga sharing bagaimana pengalaman menarasikan hasil penelitian untuk jurnal dan call for paper.
Di awal sharingnya, E. Megia Nofita, S.T. yang saat ini baru menjalankan studi lanjut S2 Teknologi Informasi mengatakan bahwa membuat penelitian untuk jurnal tidak harus muluk-muluk.
“Jangan takut, ada jenis short paper. Seperti tulisan saya yang masuk jurnal internasional tentang rancangan alat cerdas sensor kondisi air di tambak ikan.
Rancangan tersebut tanpa harus membuat prototipe ataupun uji coba. Apakah rancangan tersebut nantinya benar-benar bisa digunakan? Tidak tahu,” kata Bu Megia yang disambut tawa para guru.
H.J. Sriyanto, M.Pd. juga berkisah tentang perjalanan menulisnya. Dari berbagai hasil penelitiannya mampu menghasilkan buku, jurnal, best practise, prosiding seminar, dan kesempatan berbicara di berbagai forum keguruan.
“Meneliti adalah cara belajar yang efektif dan mendalam. Sebuah jalan menuju kedalaman intelektual,” katanya.
Pembicara terakhir Kelas Meneliti menghadirkan Drs. St. Kartono, M.Hum. Ia berbagi pengalaman tentang pendekatan analisis dokumen untuk call for paper.
Beberapa contoh konkrit ia sampaikan, misalnya bagaimana ia menganalisis naskah dari R.A. Kartini dengan sudut pandang berbeda.
Kelas Inspirasi Mendidik yang telah diselenggarakan sebanyak 13 kali bertemakan “Menemukan Panggilan Hidup Sebagai Guru”.
Dengan candaan segarnya, penulis buku Guru Gokil Murid Unyu, Y. Sumardiyanto, S.Pd. memulai acara dengan mengapresiasi Th. Sukristiyono, S.Pd., Dra. Endah Sulastriningsih, dan Prima Ibnu Wijaya, S.Pd. sebagai narasumber.
“Bersyukur dan merasa istimewa sebagai guru kolese”, itulah awalan yang disampaikan Sukristiyono. Finding God in All Things menjadi refleksi mendalam guru matematika tersebut.
Dalam kesempatan lain, Endah Sulastriningsih juga bercerita bagaimana harus berjibaku guna memunculkan motivasi agar pelajaran Fisika menjadi menyenangkan, punya makna, dan berguna untuk orang lain sesuai nilai Man for Others yang dihidupi di De Britto.
Di akhir sesi, Ibnu Prima dalam sharingnya merasa bahwa spiritualitas menjadi penting dalam mendidik “Latihan dan pengolahan rohani menjadi penting dan telah dihidupi oleh lembaga ini,’ katanya.
Acara ini semakin mendalam ketika tiba sesi diskusi. Y. Bambang Maryono, S.S. (guru agama) mengeksplorasi narasumber dengan pertanyaan tentang pengalaman mana yang merupakan titik terendah menjalani panggilan sebagai seorang guru.
Rasa haru pun menyeruak di ruangan, ketika pengalaman titik terendah diungkapkan oleh para narasumber.
Akhirnya kegiatan setengah hari tersebut ditutup dengan kegembiraan dan rasa syukur oleh pembawa acara Okdaria Krisputranti, S.Pd.