Find Us On Social Media :
Presiden Joko Widodo (Biro Pers Sekretariat Presiden)

3 Usulan Indonesia pada KTT BRICS High-level Dialogue on Global Development 2022

Theresia Olivia Itran - Sabtu, 25 Juni 2022 | 22:30 WIB

Sonora.ID  - Pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini turun 1 persen menjadi 2,6 persen, dan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan atau SDGs makin tertunda cukup signifikan. 

Hal itu disebut-sebut merupakan bagian dari tantangan yang dihadapi dunia saat ini, yaitu tantangan terhadap ketahanan pangan, ketahanan energi, hingga stabilitas keuangan yang makin sulit. 

Untuk itu, saat menyampaikan pidatonya secara virtual pada side event KTT BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa) ke-14 High-level Dialogue on Global Development dari Istana Merdeka, Jakarta, Presiden Joko Widodo mendorong semua negara untuk bertindak segera agar tidak terjadi dekade pembangunan yang hilang.

Presiden Jokowi pun mengusulkan tiga langkah yang harus dijalankan bersama.

"Pertama, sinergi untuk mengatasi emerging challenges. Sebagai Presiden G20 dan bagian dari Global Crisis Response Group, Indonesia akan terus berkontribusi untuk mengatasi masalah-masalah ketahanan pangan, energi, dan stabilitas keuangan. Saya mencatat banyak inisiatif lain dari berbagai pihak. Berbagai inisiatif yang ada tersebut harus saling bersinergi dan saling memperkuat, harus memperhitungkan suara negara-negara berkembang, harus mengedepankan dialog," ujar Presiden Jokowi pada Jumat (24/06/2022).

Baca Juga: Presiden Jokowi Tinjau Proses Pembangunan Bendungan Sepaku Semoii

Kedua, Presiden Jokowi mendorong negara-negara untuk memperkuat kemitraan global untuk SDGs dengan fokus pada pendanaan pembangunan.

Presiden Jokowi menegaskan bahwa kesenjangan pendanaan SDGs yang meningkat dari USD2,5 triliun per tahun sebelum pandemi menjadi USD4,2 triliun per tahun pascapandemi harus segera ditutup. 

Selain itu, menurut Presiden Jokowi, pendanaan inovatif harus dimajukan, terutama peranan sektor swasta harus diperkuat. 

Negara-negara BRICS (Brazil, Russia, India, China, and South Africa) harus dapat menjadi katalis bagi penguatan investasi di negara-negara berkembang.