Medan, Sonora.ID - Indeks harga saham gabungan (kian menjauh dari level psikologis 7.000). Bahkan di akhir pekan ini kinerja IHSG mengalami pelemahan cukup dalam 1.7% di level 6.794,33.
Selama sepekan IHSG ditutup di zona merah, dan tekanan kian membesar pada saat perdagangan menuju akhir pekan. Di awal pekan IHSG sempat berkinerja anomali dibandingkan dengan sejumlah kinerja indeks bursa di Asia.
Analis Keuangan Sumatra Utara, Gunawan Benjamin menjelaskan, Kinerja mata uang Rupiah selama sepekan terkahir juga dalam tren pelemahan. Rupiah diperdagangkan melemah setelah sempat menguat di awal pekan ini. Tekanan rupiah kian besar di hari kedua hingga penutupan perdagangan akhir pekan ini. Meskipun masih di bawah level psikologis 15.000 per US Dolar. Kinerja mata uang Rupiah yang melemah justru menciptakan kegundahan akan masalah lainnya, terutama potensi kenaikan barang impor,"jelasnya.
"Rupiah pada akhir pekan ini diperdagangkan turun di kisaran level 14.946 per US Dolarnya. Tren pelemahan Rupiah sendiri berpeluang berlanjut, jika ekspektasi kenaikan bunga acuan di AS berlanjut di bulan juli ini. Dan sejauh ini, kemungkinan kenaikan bunga acuan di AS terdengar kian menggema dengan potensi kenaikan besaran bunga acuan yang besar," Terang Benjamin diketerangan wawancara singkatnya.
Benjamin menerangkan,"Selain IHSG dan Rupiah, harga emas juga mengalami penurunan dalam sepekan. Harga emas saat ini ditransaksikan dikisaran level $1.795 per ons troy. Melemah di bawah level psikologis 1.800 yang memungkinkan terjadinya pelemahan lanjutan pada harga emas dunia nantinya. Kalau dihitung dengan Rupiah, harga logam mulia saat ini dijual dikisaran 865 ribu per gram,"tambahnya.
Sementara itu, Pemicu pelemahan pada kinerja Rupiah, IHSG maupun harga emas dunia belakangan ini tidak terlepas dari isu utama kenaikan bunga acuan Bank Sentral AS. Yang akan kembali berlanjut di bulan juli ini.
"Namun sejumlah sentimen lainnya seperti kenaikan harga enerjii maupun harga pangan dunia berpeluang menciptakan potensi lonjakan laju inflasi, Ditambah lagi perang yang belum berkesudahan dan ditambah penambahan jumlah pasien covid 19. Bahkan untuk gelombang baru covid 19 ini, pemerintah China bahkan harus memberlakukan lockdown di negaranya. Jadi ada banyak sentiment negative yang menekan kinerja pasar keuangan, maupun harga emas selama sepekan ini, "tutup Benjamin.
Sumber : Analis Keuangan Sumut