Palembang, Sonora.ID – Pemerintah kembali menaikkan harga BBM non subsidi seperti Pertamax Turbo, Dexlilte dan Pertamina Dex, kemudian ada juga pelemahan rupiah terhadap dolar AS. Apa dampaknya terhadap perekonomian Indonesia ?, Idham Cholid, S.E, M.E, Pengamat Ekonomi Sumsel kepada Sonora (11/07/2022) menjelaskannya.
“1 Juli kemaren ada juga kenaikan tariff dasar listrik terutama diatas 2200 watt, 10 Juli pemerintah menaikkan BBM nonsubsidi. Hal ini mendorong orang untuk pindah ke pertalite yang masih disubsidi. Akan terjadi pergeseran seperti saat pemerintah menaikkan pertamax tempo hari. Ada 25% pengguna pertamax pindah ke pertalite. Artinya akan semakin banyak subsidi yang dikeluarkan pemerintah,” ujarnya.
Pemerintah saat ini sedang mencari titik keseimbangan subsidi. Untuk menaikkan pertalite agak susah tapi disisi lain pemerintah juga tidak bisa menahan subsidi terlalu lama terhadap BBM terutama yang kurang tepat sasaran. Pemerintah sekarang mencoba menaikkan pertamax turbo, dexlite dan pertamina dex.
“ Saya yakin dua minggu kedepan permintaan BBM subsidi akan meningkat lagi. yang tadinya orang pakai pertamax turbo beralih ke pertamax begitupun yang tadinya dexlite beralih ke solar subsidi,” ujarnya.
Ketika BBM naik maka biaya produksi akan naik dan akan mendorong produsen menaikkan harga dengan alasan mendistribusikan barang dan adanya kenaikan biaya produksi.
Baca Juga: PT Pertamina Patra Niaga Memastikan Tidak Ada Kenaikan Harga Bahan Bakar Subsidi
Hal ini perlu dijaga sehingga kenaikan BBM, TDL tidak membuat ekonomi kita semakin terpuruk. Inflasi kita sampai dengan juni sudah naik luar biasa dibandingkan 10 tahun belakang.
Saat ini kita sudah berada di tingkat tertinggi inflasi. Pemerintah harus mengambil sikap.
Rencana pemerintah menerapkan BBM subsidi bisa dibeli dengan aplikasi MyPertamina dinilai cukup baik, namun yang terpenting adalah bagaimana implementasinya dilapangan, perlu pengawasaan ketat. Kemungkinan terjadi inflasi kembali pada akhir bulan Juli akibat kenaikan TDL dan BBM non subsidi.
Pelemahan rupiah yang terjadi sekarang bisa saja terjadi karena adanya perang Rusia – Ukraina, selain itu Amerika saat ini sedang diambang resesi. Orang jadi ragu untuk berinvestasi.
Orang juga takut terhadap resesi, orang-orang melakukan safe haven currency, orang mencari mata uang yang paling banyak di dunia terutama dolar akibatnya permintaan dolar meningkat sehingga rupiah jadi melemah.
Padahal neraca perdagangan Indonesia – AS stabil bahkan semakin positif sebesar 6,85% antara ekspor dan impor.
“ yang terjadi adalah presepsi masyarakat global, ada ketakutan terjadi resesi. Orang mencari mata uang yang paling banyak digunakan. Masyarakat tidak usah panic walaupun kondisi seperti ini sebab dengan panic akan memicu aksi borong yang akan menaikkan harga-harga. Masyarakat juga harus punya prioritas mana pengeluaran yang bisa ditunda atau tidak mendesak,” tutupnya.