Denpasar, Sonora.ID - Dalam mitologi Hindu, Taksaka atau Taksa (Sanskerta: तक्षक; Takṣaka) adalah salah satu Nagaraja, putera dari Dewi Kadru dan Rsi Kashyapa. Ia tinggal di Nagaloka bersama saudara-saudaranya yaitu Basuki, Antaboga, dan lain-lain.
Dalam Mahabharata, Naga Taksaka adalah naga yang membunuh Raja Parikesit, karena ia bersumpah akan membunuh keturunan terakhir Arjuna setelah Pandawa membakar Hutan Kandawa tempat tinggal Taksasa.
Selain itu, Takshaka dikenal dalam mitologi Cina dan Jepang sebagai salah satu dari "Delapan Nagaraja Agung" (八大 龍王 Hachi Ryuu-ou), hanya mereka ular yang dapat terbang dan juga disebut sebagai ular paling berbisa, dalam Hindu mereka adalah Nanda, Upananda, Shakara, Vasuki, Balavan, Taksaka, Anavatapta dan Utpala.
Naga Taksaka juga muncul dalam mitologi Bali, selayaknya pengaruh mitologi Hindu dari India.
dalam mitologi Bali, Taksaka adalah ular yang tinggal di kahyangan.
Baca Juga: Inilah Misteri Neraka Bagi Koruptor Menurut Hindu, Pernah Dengar?
Di Bali Naga Taksaka adalah naga bersayap sebagai simbol angkasa atau melambangkan atmosfer bumi sebagaimana digambarkan pada singgasana padmasana yang berbentuk menyerupai kursi dan dengan keindahan seni rupa yang disebutkan dalam kutipan artikel Parisada Hindu Dharma pada Konsep Pemujaan dalam Padmasana.
Naga Taksaka dengan sayapnya, dalam kisahnya tatkala jaman bahari di nusa bali, rah 1 tanggek 1 caka 11 dalam babad pasek diceritakan bahwa Beliaulah yang ikut menyelamatkan Bali dengan menerbangkan sebagian gunung mahameru untuk diturunkan di Bali.
Sementara itu, dalam Catur Eswarya Dala sebagaimana disebutkan Hyang Naga Taksaka bersama Ida Bhatara Sambhu berstana di Pura Pengubengan, yang juga dijelaskan dalam Lontar Prekempa Gunung Agung sebagaimana disebutkan babad bali dalam artikel Pura Goa Lawah, Dewa Iswara menjadi Naga Taksaka sebagai Bhatara Tengahing Segara.
Sehingga dalam upacara yadnya, selain Naga Taksaka sebagai simbol penguasa alam atas yang biasanya digambarkan dalam umbul-umbul, Naga Taksaka juga disimbolkan dalam sebuah daksina sebagai simbolis penghubung antara Jiwatman yang tidak akan berakhir sampai terjadinya pralina manusia itu sendiri.