Palembang, Sonora.ID – Adanya pandemi covid-19 serta perang antara Rusia dan Ukraina telah memberi ancaman akan terjadinya krisis global.
Bagaimana kondisi pasar saham di Indonesia saat ini ditengah ancaman krisis global ini? Hari Mulyono, Kepala Kantor BEI Sumsel kepada Sonora (25/07/2022) mengatakan bahwa saat ini kondisi pasar bursa efek indonesia masih baik dan normal.
Pilihan saham bagi investor dari emiten-emiten yang dianggap memiliki potensi lebih pendapatannya pada kuartal kedua masih terus berlangsung.
Investor juga masih menantikan dampak tidak langsung ancaman resesi global yang terjadi akibat pandemi dan perang Rusia-Ukraina.
Baca Juga: Selama Sepekan, Rupiah dan IHSG Dalam Tekanan, Rupiah di level 15.000 dan IHSG Menuju 6.600
"Berbicara perang Rusia-Ukraina tidak secara langsung, tapi kalau eropa sedikit banyak ada dampaknya terutama pada periode berikutnya. Tapi ini tergantung dari negara-negara eropa untuk bisa mengatasi kendala ekonomi sebagai dampak turunan dari perang tersebut. Nilai transaksi saat ini masih normal, suku bunga acuan masih bertahan di 3,5% artinya ada keyakinan ekonomi Indonesia masih stabil meskipun kita sudah harus fokus pada negara yang kemungkinan mengalami tekanan seperti yang sudah dialami negara Sri Lanka. Masih ada waktu mereka memperbaiki posisi keuangan mereka," ujarnya.
Ia menambahkan rasio utang kita terhadap PDB masih sehat yaitu 37 – 40%, masih cukup ruang untuk mengatasi masalah keuangan. Hal ini membuka keyakinan investor bahwa ekonomi Indonesia masih stabil.
Harga bahan bakar minyak (BBM) yang masih terkendali memberi ruang bagi Indonesia untuk menjaga inflasi inti. Kondisi faktor-faktor mikro ini yang membuat pasar saham kita masih sangat baik.
Ia mengatakan kondisi sekarang adalah dimana para investor sedang menantikan laporan keuangan dari para emiten di kuartal kedua.
Baca Juga: BEI: Penyebab Fluktuasi Harga Obligasi di Pasar Modal Karena Ancaman Tingginya inflasi
Ini merupakan kunci terkait aktifitas investor di pasar saham memasuki kuartal ketiga. Asumsinya bila kinerja emiten di kuartal kedua menunjukkan nilai positif maka akan menjadi indikasi bahwa didalam negeri memiliki kestabilan ekonomi.
Kondisi pelemahan rupiah terhadap dolar amerika serikat bisa menjadi pemicu terjadinya inflasi dan kenaikan suku bunga. Investor harus fokus kepada emiten-emiten yang sensitif terhadap kenaikan inflasi dan suku bunga.
Apakah ada emiten-emiten yang banyak menjual produknya ke eropa dan 25 negara yang ditengarai tengah mengalami tekanan.
"Yang trading di bursa efek Indonesia tetap fokus terhadap tujuan awal. Selalu melihat laoporan keuangan emiten dan rasionalitas manajeman. Yang trading harian tetap fokus memperhatikan perbandingan harga-harga saham yang ada di bursa dengan pendatapatan yang ada di perseroannya apakah rasionya masih baik atau tidak,” ujarnya.