Sonora.ID - Diketahui bahwa imun tubuh seseorang terhadap Covid-19 akan menurun setelah 6 bulan mendapatkan vaksinasi, sehingga hal tersebut menjadi salah satu penyebab kasus baru Covid-19 mengalami peningkatan.
Di sisi lain, subvarian Covid-19 yang terbaru juga disebut lebih mudah dan lebih cepat untuk menyebar.
Kedua hal ini membuat lonjakan kasus baru Covid-19 di Indonesia terjadi, padahal baru beberapa bulan belakangan ini sekolah sudah memberlakukan pembelajaran tatap muka dengan tetap disiplin protokol kesehatan.
Akankah sekolah kembali dilakukan dari rumah?
Dikutip dari Kompas.com, seorang epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada urgensi untuk menutup sekolah meski kasus Covid-19 mengalami lonjakan.
Pasalnya, sekolah tatap muka adalah aktivitas terakhir yang harus ditutup karena efektivitasnya yang terbilang rendah.
Baca Juga: Kemenkes Sebut Kasus Cacar Monyet Belum Ditemukan Di Indonesia
“Prinsip pengendalian pandemi sekolah adalah paling akhir kalau mau ditutup setelah yang lain ditutup atau ditutup barengan, itu yang benar,” ungkapnya tegas.
Hal ini juga berlaku bagi sektor ekonomi di Indonesia yang baru menggeliat beberapa bulan belakangan ini.
Baginya tidak perlu ada pembatasan seperti pandemi Covid-19 di awal.
“Sementara ini kita belum melihat urgensi untuk menutup karena mal, kafe, aktivitas ekonomi sosial lain berjalan,” sambung Dicky.
Dicky mengusulkan bila terjadi kasus di lingkungan sekolah, manajemen sekolah harus kembali memperketat protokol kesehatan saat aktivitas belajar mengajar.
Langkah mengembalikan kegiatan pembelajaran di rumah di anggap sama sekali tidak efisien dan berdampak pada kerugian.
Baca Juga: Imunitas Covid-19 Turun setelah 6 Bulan, 4 Juta Nakes akan Terima Vaksin Dosis 4