Sonora.ID - Pendidikan yang membebaskan diharapkan dapat membangun kesadaran pada generasi muda untuk berinteraksi dan peduli dengan sesama.
Kebanyakan generasi muda zaman sekarang ini memiliki pola pikir dan gaya hidup yang serba instan sehingga hal ini dikhawatirkan dapat melemahkan karakternya dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Memilih gaya hidup serba instan tanpa melakukan perjuangan adalah stigma yang kerap kali disematkan pada generasi zaman ini.
Bahkan kehidupan bersosial pada generasi zaman ini semakin merosot yang ditandai dengan rendahnya tingkat kepedulian terhadap dunia sekitar.
Bahkan sering kali dunia pendidikan dan rohani dikesampingkan karena lebih memilih menikmati layanan teknologi yang diberikan melalui gadget daripada harus pergi bersekolah atau beribadah.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, pendidikan yang membebaskan seharusnya dapat diberikan secara konsisten baik melalui pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah.
Dilansir dari Kompas.id (03/08/2022), Pegiat Pendidikan Multikultural, Ai Nurhidayat, menjelaskan bahwa pendidikan yang membebaskan ini dapat menciptakan keseimbangan dan keselarasan dalam kehidupan karena relasi antarmanusia dan ekosistem dapat terjaga dengan baik.
Kehidupan seperi ini biasanya dipraktikkan di kampung-kampung yang masih menjaga tradisi baik.
Menurut Ai, kompetensi dapat diajarkan dengan cepat, namun proses untuk mendidik dengan membangun nilai dan kepedulian terhadap sesama harus terus dilakukan dalam dunia pendidikan.
Baca Juga: Temu Pembina Kepramukaan Majelis Pendidikan Katolik 'Payo Ngumpul' di Jambi