Find Us On Social Media :
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito, menyampaikan Perkembangan Penanganan COVID-19 secara virtual, Kamis (4/8/2022). (tangkapan layar YouTube Sekretariat Presiden)

Indonesia Antisipasi Potensi Kenaikan Kasus Covid-19 Akibat Subvarian Omicron yang Terjadi di Negara Lain

Theresia Olivia Itran - Sabtu, 6 Agustus 2022 | 07:55 WIB

Sonora.ID - Subvarian Omicron BA4 dan BA5 yang muncul beberapa waktu terakhir ini, harus diwaspadai karena menyebabkan kenaikan signifikan kasus COVID-19 di beberapa negara.

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito mencontohkan, seperti yang terjadi di Jepang, Korea Selatan, Australia dan Singapura.

Dari data per 31 Juli, kasus di Jepang angkanya melebihi 1 juta kasus, Korea Selatan mencatatkan 500 ribu kasus lebih, disusul Australia hampir 300 ribu kasus, dan Singapura mencapai 54 ribu kasus dalam 1 minggu.

"Penting untuk belajar dari penyebab kenaikan kasus di negara lain. Agar kita dapat merefleksikannya dan mencegah semaksimal mungkin potensi tersebut terjadi di Indonesia," ungkap Wiku Adisasmito, dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19 secara virtual, Kamis (4/8/2022) yang disiarkan YouTube kanal resmi Sekretariat Presiden.

Baca Juga: Waspada Covid-19 Naik! Inilah Deretan Gejala Tak Biasa Omicron yang Dirasakan Saat Bangun Tidur, Sedang Mengalami?

Melihat secara rinci penyebabnya, di Jepang kenaikan besar terjadi karena memasuki periode musim panas, mobilitas masyarakat untuk rekreasi dan melakukan perjalanan baik internasional maupun domestik meningkat.

Sedangkan di Korea Selatan, disebabkan pembukaan perjalanan internasional yang dibarengi penghapusan sebagian besar peraturan menjaga jarak, sehingga hanya mengandalkan penggunaan masker saja.

Lalu, di Australia, disebabkan Subvarian BA5 yang menyebar luas, diperparah lonjakan kasus influenza secara bersamaan. Di Singapura, kenaikannya juga karena Subvarian BA4 dan BA5.

Sementara, kondisi kenaikan di Indonesia pada kasus mingguan menjadi yang terendah dibandingkan 4 negara tersebut.

"Adanya fakta ini, sudah sepatutnya tidak dianggap enteng oleh masyarakat Indonesia. Hal ini menegaskan bahwa subvarian dari COVID-19 ini sudah menjadi ancaman," tegas Wiku.

Meskipun saat ini di indonesia dampaknya tidak seperti negara-negara lain, namun Wiku meminta masyarakat tetap waspada, mengingat kemungkinan lonjakan kasus itu masih ada.

"Kita perlu meminimalisir potensi terjadinya lonjakan kasus dengan belajar dari negara-negara tersebut," ujarnya.

Baca Juga: Tanda-tanda Covid Terbaru Varian Omicron Centaurus, Lebih Waspada Penularannya Sangat Cepat!

Potensi Lonjakan Kasus Covid Harus Disikapi Dengan Prokes dan PHBS

Wiku Adisasmito pun mengingatkan, apa yang terjadi pada 4 negara tersebut harus dipelajari dan dijadikan antisipasi, mengingat lonjakan kasus tetap mengintai dan dapat berujung pada puncak kasus di Tanah Air.

Karenanya, masyarakat harus kembali mengencangkan Protokol kesehatan dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"Kita harus waspada karena potensi lonjakan kasus itu masih ada. Kita perlu meminimalisir potensi lonjakan kasus dengan belajar dari negara-negara tersebut," jelas Wiku.

Sementara berdasarkan data satgas, di Indonesia telah terjadi kenaikan pada kasus positif mingguan, dimana di minggu ini saja, lebih dari 38 ribu kasus, sehingga angka ini dinilai sangat tinggi jika dibandingkan awal Juni lalu, hanya 2 ribuan kasus.

"Artinya, telah terjadi kenaikan lebih dari 15 kali lipat dalam 2 bulan," imbuh Wiku.

Terlebih, kenaikan ini diiringi kenaikan kematian. Meskipun angkanya tidak sesignifikan kenaikan kasus positif. Di minggu terakhir, terdapat 91 kematian.

Angka ini meningkat tajam dibandingkan minggu sebelumnya yang berkisar di angka 40 kematian. Bahkan dalam beberapa hari terakhir kasus kematian sempat menyentuh angka lebih dari 20 kematian dalam 1 hari.

Pada tingkat Provinsi, 5 provinsi penyumbang tertinggi kasus positif mingguan bergeser dibandingkan minggu sebelumnya.

Di minggu ini, Kalimantan Selatan masuk ke dalam 5 provinsi tertinggi dengan 610 kasus. Kalimantan Selatan menjadi urutan ke 5 setelah DKI Jakarta (19 ribu kasus), Jawa Barat (7 ribu kasus), Banten (4 ribu kasus), dan Jawa Timur (2 ribu kasus).

Kematian dari 5 Provinsi ini menunjukkan peningkatan dengan DKI Jakarta menjadi yang provinsi dengan penambahan kematian bulanan terbanyak yaitu 29 kematian. Disusul Jawa Barat dengan 11 kematian, dan provinsi lainnya kurang dari 7 kematian.

Kepada seluruh pemerintah daerah, terutama 5 provinsi dimaksud, satgas pun meminta agar segera dilakukan evaluasi penanganan. Apabila kenaikan kasus terus terjadi, segera ambil langkah tegas agar kondisi tidak memburuk dan berujung pada puncak kasus baru.

 

Baca Juga: Ternyata Begini Rasa Sakit Tenggorokan Akibat Omicron BA.5 yang Begitu Menyakitkan, Segera Cek!