Kemacetan Di Jalan Raya Canggu - Atasi Kemacetan di Canggu, Seminyak, Dan Kuta, Bali Kembangkan Sistem Transportasi Cerdas
()
Bali, Sonora.ID – Gubernur Bali Wayan Koster menandatangani kesepakatan bersama (Memorandum of Understanding/MoU) antara Pemerintah provinsi Bali dan Intelligent Transport System Indonesia (ITS Indonesia) di Gedung Gajah, Jayasabha, Denpasar.
Penandatangan MoU ini terkait komitmen untuk mengembangkan sistem intelligent transport and tourism di Provinsi Bali, disaksikan pula Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf RI, Henky Hotma Parlindungan Manurung, dan Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra.
Pada kesempatan ini, Gubernur Koster merasa sangat senang dengan penandatangan kesepakatan yang juga melibatkan perusahan-perusahaan di sektor terkait ini.
Menurutnya, hal ini merupakan langkah maju dalam mewujudkan tatanan baru dalam sistem transportasi di Pulau Dewata.
"Saya kira, ini merupakan satu tatanan baru dalam sistem transportasi di
Bali, apalagi
Bali ini juga tahun ini menyambut event G20 dan atensinya tinggi sekali," ujarnya.
Setelah perhelatan KTT G20 pun, kata Gubernur Koster, bahwa
Bali akan ada sejumlah agenda internasional lainnya.
Oleh sebab itu pula, sistem transportasi yang didukung infrastruktur memadai akan jadi kebutuhan vital.
"Jadi G20 itu sendiri memancing sejumlah event internasional ke
Bali. Jadi kebutuhan transportasi dan infrastruktur yang baik sangat penting. Berita buruk kemacetan di
Canggu,
Seminyak, dan
Kuta, mulai akan bisa kita atasi sehingga masyarakat internasional yang berkunjung ke
Bali, merasa lebih nyaman," terangnya.
Selain itu, Gubernur Koster juga mengungkapkan bahwa transportasi dan infrastruktur pendukung di Bali memang bermasalah sejak lama.
Meski wilayahnya terhitung kecil dan penduduknya tidak banyak hanya 4 jutaan jiwa lebih, namun Bali punya aura yang kuat, daya tarik yang kuat sehingga menjadi destinasi utama pariwisata dunia.
"apabila dalam situasi normal, wisman yang datang 6,3 juta orang, wisdom 10,5 juta. Hampir 17 juta orang wisatawan yang datang ke Bali. Kalau digabung maka aktivitas masyarakat lokal dan wisatawan itu tinggi, terutama di wilayah Bali Selatan, seperti Badung, Denpasar, Gianyar dan sebagian Tabanan. Bahkan sudah mulai ke Klungkung pula," ucapnya.
Masalahnya, menurut Gubernur Koster, bahwa Pemprov Bali sejak lama tidak punya desain infrastruktur dan transportasi untuk mendukung kegiatan masyarakat lokal dan wisatawan untuk kebutuhan standar modern.
Sebab di Bali kebanyakan dilintasi oleh jalan yang kecil dan sifatnya tradisional.
"Bali termasuk yang sangat terlambat membangun transportasi dan infrastruktur. Karena itu, saya sekarang mulai gencar membangun infrastruktur dan transportasi dalam rangka memenuhi kenyamanan dan kelancaran layanan transportasi. Saya susun masterplan-nya. Mulai berjalan sekarang, secara terencana," pungkasnya.
"Infrastruktur di Bali kebanyakan bukan by design tapi by accident. Tidak dirancang pemerintah daerah. Karena kebutuhan, misalnya event APEC, ada perluasan bandara, jalan tol di atas air. Lalu ada IMF Bank Dunia, ada subway. Jadi pembangunanya parsial, sporadis. Tidak harmonis satu dengan yang lain," tambahnya.
Untuk itu, Koster mengatakan masterplan infrastruktur darat, laut, udara secara terkoneksi dan terintegrasi dibangun dengan menggenjot beberapa proyek infrastruktur vital seperti shortcut yang mengkoneksikan Bali utara dan Bali selatan yang tahun 2023 direncanakan selesai sampai titik 10.
Lalu yang berikut adalah pembangunan Pelabuhan Sanur, Denpasar -Sampalan Nusa Penida- Bias Munjul Nusa Ceningan.