Find Us On Social Media :
WHO Ganti Nama Cacar Monyet Jadi Clades, Ini Alasannya (ilustrasi) (Unsplash)

WHO Ganti Nama Cacar Monyet Jadi Clades, Ini Alasannya

Syahidah Izzata Sabiila - Selasa, 16 Agustus 2022 | 12:00 WIB



Sonora.ID - Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) resmi mengganti nama cacar monyet atau monkeypox.

Dilansir raman resmi WHO, penggantian nama tersebut dilakukan dalam forum para ahli global WHO sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk menyelaraskan nama penyakit, virus, dan varian monkeypox.

Dengan demikian cacar monyet diubah menjadi clades. Para ahli juga sepakat menambahkan angka romawi pada nama Clades.

Awal mula nama cacar monyet terjadi setelah ditemukan pertama kali pada tahun 1958, sebelum adanya standar penamaan penyakit dan virus. Sama halnya dengan penamaan virus yang varian utama diidentifikasi berdasarkan wilayah geografis di mana virus beredar.

Seiring berjalannya waktu, WHO menerapkan standar baru untuk penamaan virus dan penyakit.

Saat ini penamaan virus atau penyakit harus menghindari pelanggaran terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional, atau etnis, dan meminimalkan dampak negatif apa pun pada perdagangan, perjalanan, pariwisata atau kesejahteraan hewan.

Pemberian nama baru untuk penyakit dan virus merupakan tanggung jawab WHO di bawah International Classification of Diseases dan WHO Family of International Health Related Classifications (WHO-FIC).

Penamaan spesies virus menjadi tanggung jawab International Committee on the Taxonomy of Viruses (ICTV) yang saat ini sedang memproses nama virus cacar monyet.

Namun kali ini WHO juga mengadakan konsultasi terbuka untuk nama baru penyakit monkeypox.

Baca Juga: WHO Rekomendasikan Vaksin Cacar Monyet, Ini Kelompok yang Jadi Prioritas



Alasan Pengganti Nama Cacar Monyet

Banyak kritik yang muncul terkait penamaan cacar monyet atau monkeypox. Hal ini pun dikhawatirkan dapat membawa konotasi diskriminatif dan memicu stigmatisasi.

Dilansir Kompas.com, WHO memutuskan untuk menggelar pertemuan dengan sejumlah ilmuwan untuk membahas penamaan ulang penyakit ini.

Diharapkan potensi pelanggaran karena penamaan virus terkait kepada etnis dan sosial atau profesional dapat terhindarkan.

Selain itu, pertemuan tersebut juga mempertimbangkan upaya untuk meminimalisir kerugian di bidang perdagangan, perjalanan, pariwisata, atau hewan akibat penamaan virus tersebut.


Penamaan Ulang Penyakit Cacar Monyet

Usai sejumlah kritik terhadap penamaan virus cacar monyet merebak, WHO memutuskan untuk mengganti nama virus tersebut.

WHO mengadakan pertemuan pada 8 Agustus yang dihadiri para ahli virologi dan pakar kesehatan masyarakat untuk mencapai konsensus mengenai nama baru penyakit cacar monyet.

Setelah berdiskusi disepakati bahwa nama penyakit cacar monyet diubah menjadi clades.

Dari konsensus tersebut diputuskan nama untuk dua varian dominan dari cacar monyet.

Saat ini pergantian nama merujuk pada clade Congo Basin (Afrika Tengah) sebagai Clade satu (I) dan clade Afrika Barat sebagai Clade dua (II). Selain itu, disepakati bahwa Clade II terdiri dari dua subclade.

Struktur penamaan clade atau varian akan diwakili oleh angka Romawi. Sementara subclade akan diwakili dengan karakter alfanumerik huruf kecil.

Para ahli juga menyepakati bagaimana virus clade perlu dicatata dan diklasifikasikan dalam situs repositori urutan genom.

Baca Juga: IDI Meminta Semua Dokter Mewaspadai Gejala Cacar Monyet pada Pasien

Gejala Clades

Melansir CDC, berikut adalah gejala Clades yang bisa menular dari manusia ke manusia:

Ruam melewati tahap yang berbeda sebelum sembuh total. Penyakit ini biasanya berlangsung 2-4 minggu.

Terkadang, orang mengalami ruam terlebih dahulu, diikuti oleh gejala lainnya. Yang lain hanya mengalami ruam.