Palembang, Sonora.ID – Baru-baru ini kekerasan terjadi lagi di lingkungan pondok pesantren.
Santri asal Palembang meninggal dunia di Pondok Pesantren Gontor, diduga dianiaya oleh seniornya. Bagaimana pengawasan di Pondok Pesantren sebenarnya?
Ustad Muhammad Soni Haryono, Pimpinan Pondok Pesantren Sultan Mahmud Badarudddin Talang Jambe menjelaskannya kepada sonora (08/09/2022).
“ Alhamdulillah pesantren kami berjalan baik. Dihimbau kepada pengasuh dan ustadz lainnya agar selalu waspada dan melihat jam-jam rawan lepas dari kontrol ustadz dan ustadzah pesantren. Kejadian di Pesantren Gontor sangat disayangkan, saya mengucapkan turut berdukacita terhadap anak kita yang telah meninggal dunia. Semoga ditempatkan yang layak disisi-Nya, kedepan tidak terjadi hal seperti ini lagi,” ujarnya.
Baca Juga: Harga Tiket Penerbangan di Palembang Masih Dalam Tahap Wajar
Ia mengatakan di dalam pesantren tidak diajarkan kekerasan, hanya kadang pengurus dan pengawas manusia biasa yang kadang lepas kontrol pengawasan terhadap santri-santri.
Mungkin karena hal sepele kemudian menjadi luar biasa. Kekerasan biasa terjadi antara senior dan junior, apalagi santri di Jawa berasal dari seluruh Indonesia, seperti di Gontor.
Kadang-kadang banyak yang terkait dengan tempat daerah asal sehingga emosi masih banyak yang terbawa-bawa, sehingga terjadi kekerasan.
Ada kekerasan psikologis, kekerasan seksual dan kekerasan pisik.
“ Perlu pengawasan yang maksimal agar kekerasan tidak terjadi lagi,” tukasnya.
Baca Juga: Gelar Shalat Idul Adha, Masjid Agung Palembang Batasi Jumlah Jamaah
Ia menambahkan di pondok pesantren miliknya sudah dipasang CCTV di sudut-sudut yang rawan dan tidak bisa dikontrol oleh pengawas.
Juga ada petugas keliling menghimbau kepada santri ketika ada masalah segera melapor jangan sampai terjadi hal-hal diluar perkiraan.
Di dalam pondok pesantren diajarkan berbagai hal tidak hanya ilmu agama.
Ada belajar pidato, belajar kitab kuning, menghafal Al-Quran, belajar puasa, belajar menghargai orang lain dan meredam hawa nafsu.
“ Belajar ilmu agama dan ilmu lain yang bermanfaat. Bukan disiplin ilmu agama saja yang dipelajari tapi santri belajar mengontrol emosi dan hormat kepada orang yang lebih tua. Santri kami berasal dari semua daerah di kabupaten yang ada di sumsel. Setiap ada masalah harus kordinasi dengan pengurus agar masalah tidak jadi membesar. Semua masalah diselesaikan dengan baik-baik dan terbuka, tidak berlarut-larut,” ujarnya.
Ia menghimbau kepada semua pengurus pondok pesantren, agar mengawasi dengan baik para santrinya dan berdoa agar jangan sampai pesantren memiliki kesan buruk sehingga orang tua takut memasukkan anaknya ke pesantren. Tidak ada lagi kekerasan dilingkungan pondok pesantren.
“ Pesantren bisa mencetak anak-anak yang soleh dan berahlak mulia,” tutupnya.
Baca Juga: Apa Saja Syarat Naik Pesawat di Bandara SMB II Palembang Saat Pandemi?