Palembang, Sonora.ID – WHO menyatakan bahwa hampir 703.000 orang di dunia melakukan bunuh diri setiap tahunnya.
Psikolog RSUD Siti Fatimah Provinsi Sumsel, Syarkoni, S.Psi, M.Psi, mengatakan bahwa orang melakukan bunuh diri diawali dengan adanya perasaan depresi. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan yang ditandai dengan munculnya perasaan sedih yang mendalam, muncul kehilangan minat terhadap aktifitas yang disukai. Biasanya didahului sesuatu permasalahan yang terjadi kemudian muncul perasaan sedih, putus asa, merasa tidak bahagia, penurunan aktifitas sehari-hari.
“Orang melakukan tindakan bunuh diri diawali dengan adanya perasaan depresi. Perasaan depresi diakibatkan adanya hal-hal yang terjadi dan dialami individu yang mana misalkan kekecewaan, harapan yang tidak terpenuhi, tekanan hidup ekonomi, seorang karyawan dibawah tekanan. Depresi dominan disebabkan oleh perasaan bersalah atau berdosa, artinya individu tersebut melakukan suatu prilaku bersalah. Bunuh diri juga disebabkan oleh penyalahgunaan narkotika, gangguan jiwa yang disertai perasaan depresi dan bisa muncul adanya halusinasi,” ujarnya.
Perundungan juga bisa menyebabkan orang melakukan bunuh diri. Individu merasa tidak nyaman, tertekan, tidak bebas akhirnya memberikan perasaan-perasaan yang tidak berharga, tertekan akhirnya menarik diri dari lingkungan pergaulan sehari-hari.
Baca Juga: Cantik, Kaya, dan Populer, Mengapa Artis Korea Selatan Banyak yang Bunuh Diri?
Bila mendapati anggota keluarga yang ingin bunuh diri maka keluarga terdekat harus melakukan pengawasan. Misalkan orang tersebut menyayat anggota tubuh, memakan benda-benda zat kimia, menarik diri dari lingkungan atau mengatakan hendak bunuh diri yang disebabkan oleh permasalahan yang dihadapinya.
Pengawasan dari tempat-tempat beresiko missal dipinggir jalan, jalan raya, diatas jembatan, ketinggian gedung. Keluarga harus memberikan edukasi mencari permasalahan penyebab depresi, merestrukturisasi fungsi kognitif. Depresi menyerang pikiran negative misal persepsi diri terhadap realitas yang dihadapi, sesuatu yang diharapkan, persepsi negatif.
Apa yang dipersepsikan individu tersebut tidak seburuk apa yang dia bayangkan. Harus diberi dukungan agar individu tersebut bisa mendapat solusi. Memberikan edukasi langkah-langkah yang bisa dilakukan agar persepsi berubah kearah yang positif. Bila berakibat lebih buruk sebaiknya dibawa ke professional atau psikolog, psikiater untuk mendapatkan pertolongan lebih awal.
“Gunakan fungsi kognitif . pikiran harus dianalisa,bahwa permasalahan itu terjadi karena apa. Apakah permasalahan itu berdampak buruk bagi kita. Bisakah mengatasinya dengan langkah-langkah apa, apakah sesuatu terjadi rasa bersalah, tekanan, sudah tidak mampu lagi untuk dilakukan. Atasi hal yang terjadi tidak seburuk apa yang dipersepsikan oleh individu tersebut. Setiap ada permasalahan individu tersebut cenderung mempersepsikan sesuatu yang dihadapi kearah negative. Untuk mencegahnya adalah mengubah persepsi negative kearah lebih positif,” ujarnya.
Semua orang pasti memiliki kesalahan, kekeliruan dan dosa. Bagaimana cara kita mengetahui kesalahan tersebut. Harus berusaha memperbaikinya atau mencari pendapat orang-orang terdekat yang bisa memberi solusi. Perlu keikhlasan, mengakui kesalahan dan mengutarakan ke orang lain. Terkadang ada juga zat-zat di dalam tubuh yang mengalami permasalahan. Harus dilakukan pemeriksaan secara medis hal yang memuculkan perasaan depresi.
“Tindakan bunuh diri yang sering terjadi bisa ada oppressor dari lingkungan luar sehingga orang tersebut melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain yang disebabkan oleh asal stress. Cermati dulu permasalahan yang terjadi. gunakan akal pikiran yang sehat. Usahakan diri kita dalam baik-baik saja. peran anggota keluarga terdekat perlu melakukan pengawasan ekstra ketat,” tutupnya.
Baca Juga: Psikolog Ungkap Faktor Pendorong Perselingkuhan dan Upaya Mencegahnya