Find Us On Social Media :
Kepala Perpusnas Drs Muhamad Syarif Bando,M.M dalam acara Ekspose Hasil Pelestarian Naskah Kuno Nusantara Tahun 2022 yang diselenggarakan secara hibrida, Senin (19/9/2022). (Perpusnas)

Kepala Perpusnas: Pelestarian Naskah Kuno Nusantara untuk Memahami Rekam Jejak Bangsa

Jumar Sudiyana - Senin, 19 September 2022 | 21:20 WIB

Jakarta,Sonora.Id - Naskah kuno Nusantara membantu masyarakat Indonesia untuk memahami rekam jejak bangsa yang berisikan ragam budaya dengan nilai tinggi dan kejayaan masa lampau.

Kepala Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), Muhammad Syarif Bando, menyatakan naskah kuno merupakan hasil pemikiran para leluhur dalam membangun peradaban bangsa ke arah lebih baik.

“Pengetahuan yang terkandung di dalam naskah kuno sangat penting dan dapat dipakai untuk memenangkan kehidupan,” ucapnya dalam kegiatan Ekspose Hasil Pelestarian Naskah Kuno Nusantara Tahun 2022 yang diselenggarakan secara hibrida, Senin (19/9/2022).

Kepala Perpusnas menambahkan, sebagai institusi peradaban yang menjadi simbol negara, perpustakaan mengemban tugas untuk menjelaskan kepada dunia internasional tentang ragam ajaran mengenai tatanan sosial kehidupan masyarakat.

“Tugas utama kita adalah bagaimana mengangkat nilai-nilai wisdom yang ada di dalam manuskrip,” jelasnya.

Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas, Amich Alhumami, menjelaskan bahwa naskah kuno adalah cerminan dari pencapaian tinggi karya kognitif sebuah bangsa. Ditambahkannya, naskah kuno merupakan bagian dari artefak pengetahuan yang terhimpun dalam dokumen kebudayaan.

“Himpunan naskah kuno itu mengandung ilmu pengetahuan yang sangat kaya dan sangat valid jika dikatakan, bahwa sesungguhnya ini adalah bagian dari capaian pengetahuan tinggi sebuah bangsa,” kata Amich.

Naskah kuno, ujarnya, memiliki porsi yang sama pentingnya dengan isu pembangunan lain. Hal tersebut dikarenakan naskah kuno menjadi bagian yang sangat sentral dalam cakupan pembangunan kebudayaan.

Baca Juga: Perpusnas: Internet of Things Tingkatkan Pengembangan Ekosistem Digital di Perpustakaan

Di sisi lain, Guru Besar Filolog FAH UIN Jakarta, Oman Fathurahman, mengatakan ada tujuh aspek dalam ekosistem dunia pernaskahan Nusantara yakni regulasi dan kebijakan, pemilik manuskrip, media publikasi dan advokasi, konservasi, restorasi, dan digitalisasi, jejaring global, database berbasis big data, serta sumber daya manusia unggul berkualifikasi. Ketujuh aspek tersebut harus berjalan beriringan agar pelestarian naskah dapat berjalan dengan baik dan maksimal.

“Jadi jangan berharap pelestarian naskah itu akan berhasil kalau ada satu mata rantai yang tidak berjalan. Karena yang namanya ekosistem itu kan mata rantai, kalau satu saja lumpuh tidak akan bisa,” paparnya.