Surabaya, Sonora.ID – Menjelang liburan akhir tahun dan situasi yang membaik bisa membuat orang lupa bahwa saat ini masih dalam masa pandemi.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Surabaya Eddy Christijanto mengingatkan kepada masyarakat khususnya Event Organizer (EO) dan panitia penyelenggara acara agar bisa belajar dari tragedi di Itaewon, Seoul Korsel yang menyebabkan lebih dari 150 orang tewas di tengah kerumunan massa.
"Saat ini kita masih di masa pandemi belum endemi. Surabaya masih PPKM Level 1. Salah satu indikatornya, pertunjukan atau event yang dilaksanakan di gedung gedung pertunjukan bisa dilaksanakan dengan jumlah pengunjung 100 persen. Cuma kami dari pemkot selalu menghimbau kepada EO atau panitia penyelenggara supaya tidak menjual tiket 100 persen. Misalnya dia mau menyelenggarakan di suatu tempat kapasitasnya 500 orang, kalau bisa jangan 500, 75 persen lah supaya ruang gerak dan nafas pengunjung masih ada. Jika dimaksimalkan dan kalau terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan itu berbahaya," kata Eddy saat wawancara on air by phone di Radio Sonora FM 98 Surabaya, Kamis (03/11/2022).
Menurutnya, euphoria masyarakat karena 'puasa' dua tahun tidak boleh keluar rumah dan ada hiburan itu membuat mereka ingin melampiaskan keinginannya untuk bisa larut di dalam pertunjukan.
"Ini seperti kemarin yang kami lakukan di Tunjungan, juga kita batasi jumlah pengunjung bahkan di media online sempat menyebutkan kami ingin bersenang-senang karena panen kunjungan tapi Satpol PP melarang kita masuk. Kita bukan melarang tapi kebetulan malemnya ada kejadian di Itaewon (Seoul Korea Selatan) sehingga kita harus hati-hati karena kami juga sudah di warning oleh Pak Kapolrestabes. Mas hati-hati lho ya ini jangan sampai terjadi seperti di Itaewon. Makanya kami manage jumlah pengunjung itu kita batasi supaya tidak berjubel. Ya memang mengecewakan sih di satu sisi, cuman lebih baik kita menyelamatkan orang banyak daripada terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan. Makanya kami juga mohon panitia pertunjukan, EO juga mempertimbangkan itu," urai Eddy.
Eddy menyampaikan, karena dari sisi psikologi saat orang lama berpuasa, lama tidak boleh keluar, ketika mereka boleh keluar berpotensi menimbulkan kerawanan.
"Senggolan titik itu lho, dadi rame. Sehingga ini yang harus dipahami oleh teman panitia dan terkait dengan nanti malam tahun baru, old and new ini masih 2 bulan, akan kami koordinasikan dengan kepolisian, TNI dan instansi pemkot yang lain bagaimana aturan dan polanya. Semoga lebih longgar dari 2 tahun yang lalu, kalau 2 tahun baru yang lalu kan kita tidak boleh melaksanakan kegiatan dan semua aktivitas kegiatan selesai pada pukul 21.00," ujarnya.
Ia juga mempersilahkan warga luar kota Surabaya untuk berkunjung ke Surabaya menikmati waktu liburan dengan kunjungan ke obyek wisata. Namun, tetap menjaga diri terutama saat ada dalam kerumunan massa dalam pertunjukan, bila dirasa perlu, segera meninggalkan lokasi kerumunan.
"Surabaya sudah open ya, sudah terbuka terkait dengan wisatawan mancanegara maupun domestik. Bahkan bukan hanya yang diinisiasi oleh pemkot, pihak swasta pun kita dorong untuk melakukan inisiasi menciptakan wisata baru yang bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Karena trickle down effect nya ketika wisata dibuka sampai ke ekonomi mikro yang luar biasa. Kita mendorong itu. Terhadap para warga dari luar kota yang ingin berkunjung ke Surabaya, monggo, silahkan yang penting adalah jaga diri utamanya bila masuk ke tempat pertunjukan yang padat. Bila tidak memungkinkan lebih baik keluar saja dari lokasi itu," kata Eddy.
Namun demikian ia menjelaskan bahwa keterbatasan jumlah personel membuat pihaknya tidak selalu setiap saat dapat mengawasi seluruh aktivitas masyarakat saat menikmati liburan di berbagai obyek wisata.
"Walaupun kami sudah menghimbau kepada EO dan panitia untuk melakukan crowd management cuma kadang-kadang diluar pengawasan kami itu bisa terjadi. Makanya pengunjung silahkan datang ke Surabaya, Surabaya sudah enjoy, open, tapi tolong jaga diri. Jangan sampai masuk dalam kerumunan yang sulit kita urai," pungkasnya.