Find Us On Social Media :
Ilustrasi (Pixabay/geralt)

Ini Faktor Penyebab Palembang Mengalami Inflasi Tertinggi Nasional

Jati Sasongko - Jumat, 4 November 2022 | 11:20 WIB

Palembang, Sonora.ID – Kota Palembang mengalami inflasi yang cukup tinggi di bulan Oktober 2022 sebesar 6,72%, melampaui nasional dan propinsi lain.

Idham Cholid, S.E, M.E, Pengamat Ekonomi Sumsel kepada Sonora (02/11/2022) mengatakan bahwa ada dua penyebab terjadinya inflasi ; dari sisi supply barang dan dari sisi permintaan barang.

Palembang tertinggi apakah karena tidak ada supply atau demandnya sedang naik. Tapi ketika suatu daerah mengalami inflasi harus ada warning. Setiap daerah ada tim pengendali inflasi ; BI, pemda dan unversitas. Tim bisa menjelaskan kenapa Palembang tertinggi, kemungkinan demandnya lagi naik sehingga timbul kenaikan harga-harga,” ujarnya.

Ia menjelaskan Palembang ekonominya unik karena ditopang oleh komoditi. Ketika harga komoditi turun akan membuat pelemahan konsumsi.

Bila ini dibiarkan lama maka jumlah masyarakat miskin akan meningkat. Pemerintah harus melihat setiap indicator yang ada di masyarakat. ketika terjadi permasalahan pemerintah harus cepat tanggap.

“Dari dulu kita berencana membuat hilirisasi produk perkebunan. Sumsel penghasil karet. Kemanakah hasil karet itu larinya. Sampai sekarang belum terealisasi. Hal ini perlu dipikirkan jangan sampai sumber daya alam yang ada tidak bisa menghidupi masyarakat sumsel sendiri,” ujarnya.

Baca Juga: Sumsel Akan Menjadi Tuan Rumah Pertikaranas IV, 2000 Orang akan Hadir

Ia mengatakan inflasi bulan lalu dipicu kenaikan harga makanan, minuman dan tembakau. Hal ini didorong oleh kenaikan harga BBM. Ketika harga sudah naik sulit untuk turun lagi.

Meskipun bbm naik namun antrian masih tetap ada. Yang penting bukan harganya tapi ketersediaannya.

Semakin kebutuhan masyarakat dipenuhi semakin besar pemerintah mengeluarkan subsidi. Semakin dilemma bagi pemerintah.

Pemerintah menyalurkan subsidi sebesar 24 M untuk perbaikan kesejahteraan, tetapi kadang banyak yang tidak tepat sasaran.

Pemerintah harus lebih realistis, masyarakat sedang tidak baik-baik saja. alokasi pembangunan fisik harus di rem lebih ditujukan kepada hajat hidup orang banyak.

“Isu-isu akan terjadinya krisis berdampak terhadap konsumsi masyarakat. jangan mudah percaya. Cari solusi jangan takut berusaha. Antisipasi dengan usaha dan investasi. Jangan habiskan uang untuk konsumsi, sebagian diinvestasikan karena tidak ada yang bisa diprediksi, ketidak pastian selalu ada. Selalu antisipasi,” tutupnya.

Baca Juga: Inflasi Provinsi Sumatera Selatan Kembali Mengalami Deflasi pada Oktober 2022