Bandung, Sonora.ID - Diketahui peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia mencapai usia 66,2 tahun memiliki kontribusi terjadinya peningkatan jumlah penduduk yang berstruktur lanjut usia (Aging Structured Population).
Kejadian masalah pada lansia dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini dikarenakan proses menua yang dialami seseorang.
"Proses menua tersebut mempengaruhi beberapa faktor perubahan pada lansia, salah satunya masalah fungsi berkemih seperti inkontinensia urine," ucap Brand Group Manager Confidence, Amelia Christine dalam siaran persnya, Senin (7/11/2022).
Perlu dipahami inkontinensia urine, lanjut Amelia, pada dasarnya bukan konsekuensi normal dari proses penuaan, tetapi perubahan traktus urinarius yang berkaitan dengan penambahan usia merupakan faktor predisposisi bagi usia lanjut untuk mengalami gejala inkontinensia urine.
Baca Juga: Kenalkan ‘Monalisa’, Aplikasi Kontrol Penggunaan Obat Diabetes dan Hipertensi Bagi Lansia
Inkontinensia urine atau kebocoran urine dapat mengakibatkan masalah medis, psikososial, maupun higiene. Inkontinensia urine lebih sering dijumpai pada usia lanjut.
Wanita dengan usia lebih 50 tahun paling mungkin mengalami kelainan ini.
Menurut hasil penelitian Iglesias et al di Spanyol menyatakan bahwa prevalensi inkontinensia urine pada wanita usia lanjut yang berusia lebih dari 65 tahun berkisar antara 5-20 persen.
Sedangkan menurut Sandvix Hogne, sedikitnya prevalensi wanita usia lanjut yang mengalami inkontinensia urine berkisar antara 4-6 persen.
Namun, Brown et al menyatakan kemungkinan usia lanjut bertambah berat dengan kondisi inkontinensia urine 25-30 persen saat berumur 65-74 tahun.
Dampak sosial dari inkontinensia urine meliputi hilangnya kepercayaan diri, menghindar dari pergaulan sosial dan depresi.
Baca Juga: Tekanan Darah Normal Berdasarkan Usia, Mulai dari Bayi hingga Lansia!
Depresi merupakan masalah psikososial yang sering ditemukan pada wanita usia lanjut dengan inkontinensia urine.
Inkontinensia urine merupakan masalah kesehatan pada usia lanjut yang dapat diselesaikan.
Inkontinensia urine yang berkepanjangan apabila tidak segera tertangani akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan bisa menimbulkan problematika kehidupan baik dari segi medis, sosial, ekonomi maupun psikologis.
"Ini menjadi dasar bagi kami untuk terus mengkampanyekan pentingnya penanganan inkontinensia urine agar tingkat depresi pada wanita usia lanjut menurun," kata Amelia.
“Kami ingin Kesayangan atau lansia menjadi berani lebih percaya diri dalam melakukan aktivitas, hobi atau bakatnya sehari-hari,” pungkas Amelia.