Medan, Sonora.ID - Curah hujan yang cukup tinggi selama November ini telah memicu terjadinya kenaikan pada sejumlah komoditas pangan sayur-sayuran.
Beberapa sayur-sayuran seperti tomat, sawi hijau, kedelai (tahu/tempe), bayam, brokoli mengalami kenaikan harga dalam kurun waktu dua pekan belakangan ini.
Untuk harga tomat meskipun sempat turun tajam, tapi harga kembali berbalik.
"Kenaikan harga sayur sayuran tersebut tentunya akan memberikan kontribusi pada kenaikan laju tekanan inflasi," ungkap Pengamat Ekonom Sumut, Benjamin Gunawan kepada wartawan melalui rilisnya, Senin (28/11/22) pagi ini.
Disamping itu, lebih lanjut ia menyebutkan, selain sayur sayuran, kenaikan cukai rokok juga turut memicu terjadinya kenaikan pada harga rokok untuk semua merek.
Sedangkan untuk sejumlah harga pangan pokok yang dipantau melalui PIHPS, masih akan memberikan kontribusi terjadinya deflasi di wilayah Sumatra Utara.
Deflasi akan disumbang dari harga cabai merah, cabai rawit, bawang merah yang di bulan November ini sebab ketiga komoditas tersebut konsisten bergerak turun.
"Kontribusi IHK dari komoditas tersebut juga cukup signifikan. Akan tetapi saya memperkirakan kontribusi deflasi yang disumbang dari cabai akan berakhir di bulan November ini. Sementara sumbangan inflasi selain sayur-sayuran seperti minyak goreng juga turut menyumbangkan besaran inflasi yang cukup tinggi di November ini, termasuk juga daging ayam," katanya.
Meskipun pada dasarnya harga minyak goreng khususnya minyak goreng curah harganya masih sesuai dengan HET pemerintah sebesar 14 ribu per Kg, tapi di beberapa kota seperti Siantar dan Kota Medan yang harga minyak goreng curahnya sempat menyentuh 12 ribuan per Kg, khusus di bulan ini secara konsisten harganya naik mendekati 14 ribu per Kg.
Kenaikan harga minyak goreng tersebut juga menunjukan adanya anomali karena harga minyak goreng curah yang naik justru terjadi di saat harga CPO dalam tren turun.
"Sementara itu, untuk sejumlah komoditas pangan lainnya seperti telur ayam, daging sapi, gula pasir serta beras terpantau masih cukup stabil. Tidak mengalami fluktuasi harga yang berlebihan," jelasnya.
Disisi lain, penurunan harga minyak mentah dunia turut berkontribusi pada penurunan harga tiket pesawat yang lagi-lagi akan menyumbang deflasi.
Baca Juga: Pelajar SMKN 9 Medan Tewas, 5 Pelaku Tawuran Terancam Hukuman 12 Tahun Penjara
Sementara itu, melunaknya sikap Bank Sentral AS dalam menaikkan suku bunga acuan kedepan, telah memicu kenaikan harga emas dan menyumbang inflasi di bulan November.
"Secara keseluruhan saya memperkirakan bahwa SUMUT berpeluang untuk mencetak inflasi dalam rentang -0.05% hingga 0.07%. Artinya peluang deflasi di SUMUT masih cukup terbuka. Pada dasarnya secara keseluruhan harga yang terbentuk saat ini di SUMUT masih terbilang stabil. Jadi baik peluang inflasi maupun deflasinya diperkriakan masih belum beranjak jauh dari angka 0," kata Gunawan mengakhiri.