Find Us On Social Media :
Ilustrasi bom ()

Komentar Pengamat Terkait Fenomena Bom Bunuh Diri yang Terjadi di Bandung

Jati Sasongko - Senin, 12 Desember 2022 | 09:15 WIB

Palembang, Sonora.ID – Kembali terjadi aksi bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astanaanyar, Rabu 7 Desember 2022.

Pelakunya adalah mantan narapidana terorisme bernama Agus Sujatno, pernah ditangkap dalam peristiwa bom panci yang terjadi di Cicendo Bandung, 2017 silam.

Dr. Ardiyan Saptawan, Pengamat Sosial Politik Sumsel Kepada Sonora FM Palembang (07/12/2022) mengatakan bahwa pelaku yang merupakan mantan narapidana terorisme kembali melakukan perbuatan yang sama menunjukkan program deradikalisasi pemerintah belum maksimal.

Mereka orang-orang yang sudah dibina untuk kembali ke NKRI namun kita juga harus mengkaji penyebabnya, bukan masalah bomnya saja tapi faktor motivasinya perlu dipelajari termasuk akar penyebabnya.

“Biasanya pelaku teror dalam level ekonomi rendah, mereka perlu dibina bukan hanya keagamaan saja tapi kemandirian mereka dalam ekonomi. Ada faktor orang-orang yang punya pikiran radikal untuk memanfaatkan mereka,” ujarnya.

Baca Juga: KPID Jabar Minta Agar Media Profesional dalam Mengabarkan Bom Bunuh Diri di Polsek Astanaanyar

Ia menjelaskan faktor terjadinya terorisme ini adalah adanya paham radikal, ada orang-orang yang punya paham berbeda dan menyebarkannya.

Paham termasuk ideologi, jalan terbaik adalah mengajak dialog mengetahui akar permasalahannya. Bisa saja terjadi terorisme karena keputusasaan terhadap pemerintah, ketidaksepahaman dengan pemerintah namun mereka tidak mampu menyampaikan aspirasi. Semua harus instropeksi diri termasuk partai politik. Sekarang ini antar parpol hampir sama, apa lu mau gua ada padahal parpol yang baik harus mempunyai ideologi yang kuat untuk memberikan warna yang berbeda sehingga masyarakat yang punya pemikiran berbeda tahu harus masuk ke partai mana. Saat ini meskipun partai berbendera agama sama saja tetap korupsi sehingga masyarakat hilang kepercayaan.

“Oleh sebab itu, penting untuk pemberdayaan ekonomi, juga pendekatan-pendekatan dialog dan pemberdayaan masyarakat jangan selalu pembangunan  monumental saja tapi juga pembangunan jiwa dan psikis seperti jargon orba tempo dulu ‘ membangun Indonesia seluruhnya dan masyarakat seutuhnya ‘, lebih kepada pemerataan pembangunan.  Pemerintah juga harus bersifat terbuka sebab masyarakat sudah pintar mereka melek teknologi sejak terjadinya covid-19,” ujarnya.

Baca Juga: Kerahkan Anjing Pelacak, Tim Unit Penjinak Bom Brimob Polda Bali Sterilisasi Hotel yang Ditempati HoD dan Delegasi Luar NegeriB

Baca berita update lainnya dari Sonora.ID di Google News