Medan, Sonora.ID – Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Doddy Zulverdi menegaskan, laju pemulihan ekonomi Sumatera Utara diprakirakan akan terus berlanjut.
Sebab itu, tetap kuatnya ekonomi di Sumatera Utara tercermin dari beberapa indikator ekonomi terkini.
“Aktivitas perdagangan dan dunia usaha terus meningkat tercermin dari peningkatan indeks penjualan riil. Mobilitas yang tinggi juga tercermin dari perkembangan penumpang angkutan udara yang terus meningkat,”papar Doddy Zulverdi
Di sisi lain masih dikatakannya, masih tingginya ekspektasi inflasi berisiko menahan aktivitas konsumsi masyarakat.
Kinerja ekspor diprakirakan sedikit tertahan sejalan dengan termoderasinya harga komoditas utama.
“Hasil liaison Bank Indonesia (BI) mengkonfirmasi adanya penurunan permintaan ekspor dan domestik dibandingkan tahun sebelumnya, sejalan dengan kenaikan biaya bahan baku,”ungkapnya.
Sementara itu, Penyaluran kredit perbankan melambat dari 11,11% (yoy) pada triwulan III 2022 menjadi 6,41% (yoy) pada November 2022.
Baca Juga: KPwBI: Tahun 2022, Perekonomian Sumut Diprakirakan Alami Akselerasi Lebih Tinggi dari 2021
Perlambatan berasal dari menurunnya pertumbuhan kredit investasi seiring dengan pola musiman periode pembayaran proyek korporasi oleh principal yang mendorong pelunasan sebagian kredit.
"Meski demikian, kredit modal kerja dan kredit konsumsi masih mencatat peningkatan pertumbuhan pada November 2022," kata Doddy Zulverdi, saat menggelar Bincang Bareng Media (BBM) Bulanan Bulan Desember 2022 dengan sejumlah awak media secara offline dan online, Selasa (27/12/2022) siang tadi.
Ia menerangkan, dari sisi sektoral, sektor utama Sumut seperti Pertanian, Industri Pengolahan, dan Konstruksi mengalami perlambatan pertumbuhan kredit, namun tidak dengan kredit Perdagangan yang mencatat kenaikan pertumbuhan.
"Adapun pada November 2022, kredit konstruksi dan pertanian tercatat kontraksi. Di sisi lain, NPL sektor utama masih relatif terjaga, kecuali sektor perdagangan dan konstruksi yang telah mencapai lebih dari 5 persen pada November 2022 sehingga perlu diwaspadai," ungkapnya.
LDR juga Melambat
Sedangkan Intermediasi Perbankan tercermin dari nilai LDR (Loan to Deposit Ratio) terindikasi mengalami perlambatan pada November 2022 yang mencapai 83,3% dibandingkan Triwulan III 2022 yang tercatat 84,7%.
"Hal ini sejalan dengan perlambatan pada kredit rumah tangga dan kredit korporasi pada November 2022. Di sisi lain, kinerja kredit UMKM mengalami peningkatan dari tw III 2022 dengan pertumbuhan sebesar 16,00 persen secara year on year (yoy) menjadi 17,32% (yoy).," ujarnya.
Sementara itu, risiko kredit perbankan relatif terjaga meskipun terjadi peningkatan NPL dari triwulan III 2022 sebesar 2,46% menjadi 2,50% pada November 2022.
Namun masih dalam batas wajar di bawah 5%. Dari sisi kredit, kredit modal kerja mencatat perbaikan risiko kredit, disusul oleh NPL kredit konsumsi yang terjaga stabil.
"Sementara itu, risiko kredit investasi terpantau meningkat namun masih dalam batas wajar. Hal ini diperkirakan sejalan dengan upaya perbaikan kualitas kredit pada debitur terdampak COVID-19 yang dilakukan oleh Pemerintah melalui restrukturisasi kredit yang mencapai -26% (yoy) pada November 2022," ungkap Doddy.
Sedangkan pertumbuhan restrukturisasi kredit negatif seiring dengan telah terlewatinya puncak pertumbuhan pada triwulan I 2021.